Bagian 12

2002 Kata
"wah gila beneran loe mas.. istri lagi perjalanan bisnis ke luar kota satu minggu, malah loe tiap malem pulang bawa cewek" Danish menggelengkan kepala melihat Arka yang duduk di bangku balkon merangkul seorang wanita "Kayak loe gak tau mas Arka aja Dan" sahut Asher "Ya tau sih tapi kan kondisinya sekarang beda" sergahnya "Gak ada yang beda di dunia gue" jawab Arka "Beneran udah gila nih orang" celetuk Danish "Mau kemana ?" Tanya Danish begitu Arka berdiri "Olahraga" singkatnya menggenggam tangan wanita disampingnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. "Edun ehh" teriak Danish begitu Arka mengunci pintu kamarnya "Loe mau liat gak ?" Tanya Danish menoleh pada Asher "Gak ahh, cewek gue udah deket. Gue mau jemput dia dibawah" ujar Asher yang juga beranjak pergi dari balkon "b******k loe gak bilang-bilang kalau bawa cewek" geramnya meneriaki Asher Asher turun menjemput seorang wanita yang ia panggil untuk memuaskah nafsunya kali ini. Sebelum Dara bergabung dengan group mereka dan Dara juga belum tinggal di tempat Arka sebenarnya ketiga sahabat ini gemar bergonta-ganti wanita setiap minggunya dan membawa wanita-wanita pemuas nafsunya itu ke rumah Arka yang juga kantor tersebut. "Ngapain loe turun ?" Tanya Asher begitu melihat Danish keluar dari pintu utama Danish tidak menjawabi pertanyaan Asher, ia hanya menyeringai seraya bersandar di tembok ruang security. "Hai sayang" sapa Asher begitu seorang wanita turun dari taksi. Tak lama kemudian sebuah mobil datang dan Danish meminta security membuka pagar besarnya untuk mengizinkan pengemudi mobil tersebut memasukkan mobilnya ke halaman. Asher yang belum sampai melewati pintu utama langsung menoleh ke halaman dan melihat Danish membukakan pintu pengemudi mobil tersebut yang tak lain seorang wanita. "Sialan cepet banget makanan loe malam ini" celetuk Asher "Kalian kira gue bakalan jadi kambing congek saat loe berdua pada seneng-seneng hah" sahut Danish dengan senyum lebarnya Arka berdiri di samping jendela kamarnya seraya menghisap rokok di capit jarinya. Ia menatap keluar jendela memperhatikan pemandangan kota dari kamarnya. "Kok kamu bangun yank" ujar wanita yang tengah berbaring di ranjang kamar Arka "Tidur saja kalau kamu masih mengantuk" jawab Arka tanpa menoleh padanya Wanita itu tidak mengiyakan ucapan Arka ia justru turun dari ranjang menghampiri Arka dengan tubuhnya yang di balut selimut. "Ada apa denganmu?" Tanya nya menyandingi Arka "Tidak biasanya kamu seperti ini. Apa tidak puas denganku" lanjutnya membuat perhatian Arka tertuju padanya Arka mematikan rokoknya "aku tidak pernah puas jika hanya sekali permainan" ujar Arka yang tangannya terulur pada rahang wanita dihadapannya Arka melumat bibir wanita tersebut atas bawah bergantian. Wanita itu menjatuhkan selimutnya. Arka mengangkatnya tanpa melepaskan ciumannya. Ia membawa wanita itu kembali berbaring di ranjang dan mengukung dibawahnya. Dara melangkahkan kakinya di anak tangga terakhir. Begitu mendengar desahan yang bersahutan juga terdengar seperti beberapa desahan wanita hanya membuatnya menggelengkan kepala. Dara yang merasa risih dengan sahutan-sahutan desahan langsung mengurungkan niatnya untuk memasuki kamar. "Sialan mereka. Bisa-bisa begadang gue kalau tidur dikamar" kesalnya yang kemudian menuruni anak tangga "b******k pakai acara lift nya dimatikan pula" kesalnya begitu ia berada di anak tangga terakhir lantai satu. Dara pun pergi ke ruang kerjanya dan berbaring di sofa. Dara merasakan kecupan mendarat di bibirnya. Ia langsung mengerjapkan matanya sebelum dirinya benar-benar sadar dari tidur. "Pagi" sapa Arka begitu Dara membuka matanya sempurna "Kenapa tidak memberi kabar kalau pulang?" Tanya Arka yang hanya ditatap innocent oleh Dara "Apa kau baik-baik saja ?" Tanya Arka kembali bukan menjawab Dara justru mendorong Arka menjauh dari tubuhnya "Ada apa ?" Arka mengerutkan dahinya kebingungan "Besok-besok kalau bawa cewek gantian aja. Jangan kalian bertiga bawa barengan. Berisik, buat orang lain gak bisa tidur" protes Dara begitu ia membuka mulutnya setelah diam dengan beberapa pertanyaan dari Arka "Iya.. maaf" ujar Arka didehumkannya "Kenapa aku bisa disini ?" Tanya Dara begitu ia sadar telah berada di kamar "Lalu kamu maunya dimana ? Di kamar Asher" sahut Arka "Semalam aku tidur di sofa kantor bagaimana bisa disini ?" Bingungnya "Pak Hadi yang menggendong mu kemari" jawab Arka "Kau bercanda ? Pak Hadi security ?" Herannya dianggukan Arka "Ahh pak Hadi salah menaruh ku disini. Sepertinya aku harus menunjukkan kamarku padanya mungkin nanti jika aku tidur di ruang kerja lagi dan dia tidak akan salah kamar lagi saat memindahkanku" ujar Dara yang langsung mendapatkan sentilan dikeningnya "Ada apa ? Aku benarkan" ucap Dara menyeringai "Apa kau gila ?! Mana mungkin pak Hadi yang memindahkan mu. Kau berada di kamarku sudah jelas aku yang memindahkanmu" sahut kesalnya ditertawakan Dara "Benerkah ?" Ujarnya turun dari ranjang "Tentu saja" sergah Arka "Ahh sayang sekali padahal aku akan segera berterimakasih pada pak Hadi karena sudah baik padaku. Tapi sayang nya kau yang melakukannya" ujar Dara "K-kau" kesal Arka begitu mendapatkan tawa lebar dari Dara "Terimakasih" ucapnya membuka pintu kamar "Ahh iya.. lain kali kalau mau memindahkan ku sebaiknya langsung bawa aku ke kamarku saja. Aku tidak suka tidur diranjang bekas wanita lain. Itu menjijikan apalagi kalau sampai sisa kalian masih tertinggal disana. Aku harus membersihkan tubuhku dengan bunga tujuh rupa" ucapnya kemudian menutup pintu kamar Arka dari luar dan pergi Arka yang mendengkan Dara hanya bergeming diatas ranjang menatap Dara hingga ia tidak terlihat lagi oleh Arka dan tak lama Arka tertawa kecil mengingat ucapan Dara. Begitu Dara kembali ke kamarnya ia segera membersihkan diri dan bersiap untuk beraktivitas hari ini. Dara turun ke lantai satu tempat ruang kerjanya berada. Dara mendehum begitu memasuki ruang kantornya menandakan kehadirannya pada para staffnya karena ia enggan mendengar gosip para karyawan mengenai dirinya dan Arka yang jelas sudah tersebar luar di kantornya. Dara memanggil Erna untuk memasuki ruangannya. Ia meminta Erna membawa berkas yang telah terpending selama ia keluar kota. "Mbak, ini berkasnya" ujar Erna begitu memasuki ruangan Dara "Taruh di meja depan sofa saja Er" pintanya begitu melihat tumpukan berkas yang lumayan banyak Dara mengambil laptopnya dan membawanya ke sofa. Ia mulai mengerjakan satu persatu tugas pendingan nya hingga jam menunjukkan pukul 12 siang dan ponsel Dara terus bergetar di tasnya namun ia tak mendengar sama sekali "Dar" sapa Arka memasuki ruang kerja Dara "Sedang apa kau sampai telepon dariku tidak sempat kau angkat ?" Tanya nya mendekat pada Dara "Kerjaan ku yang terpending selama aku keluar kota" jawab Dara tanpa menoleh pada Arka "Apa ada pekerjaan yang kamu tinggal sebelum keluar kota ?" Tanya herannya "Tidak. Ini pekerjaan yang datang saat aku keluar kota" jelasnya "Kenapa Erna tidak memberikan berkas itu padaku?" "Karena aku yang memintanya. Aku sengaja meminta Erna tidak memberitahu mu mengenai berkas-berkas yang akan datang saat aku keluar kota" tepis Dara "Kenapa ? Apa kau tidak mempercayaiku lagi" ujar Arka "Bukan" Dara menutup map yang sedari tadi dibacanya dan menatap Arka "Karena aku ingin semua tugasku, aku handel sendiri selama aku bisa. Dan aku juga akan memberikan tugaku yang aku rasa sulit padamu" terangnya "Aku ingin benar-benar belajar menghandel perusahaan ku sendiri. Selama aku bisa aku akan melakukannya" tegasnya membuat Arka menghela nafas kasar "Baiklah jika itu mau mu" pasrah Arka duduk disamping Dara "Kamu boleh melakukan semua yang kamu mau untuk perusahaan ini. Tapi kamu tidak boleh lupa dengan tubuhmu. Berhentilah jika waktunya istirahat begitu juga saat kamu sudah lelah. Letakkan semua pekerjaan mu meski itu sangat penting sekalipun. Meski tubuh ini ciptaan tuhan tapi juga memiliki batas kemampuan" ucap Arka dianggukan Dara Arka berdiri menggenggam tangan Dara mengajaknya untuk beranjak dari sofa. "Hai Dar" sapa Danish begitu Dara bergabung dengan mereka di meja makan "Tumben makan siang pada kumpul disini" Heran Dara melihat Asher dan Danish yang tengah satu meja dengannya Danish mendehum kebingungan untuk menjelaskan pada Dara apa yang ingin mereka bicarakan padanya "Ada apa ?" Bingung Dara melihat tingkah Asher yang hanya bergeming dan Danish yang juga bingung mengeluarkan kata-kata "Mereka mau minta maaf karena semalam sudah membuatmu harus tidur di sofa ruang kerja" sahut Arka "Lalu ?" Sergah Dara "Kita janji gak akan buat loe tidur di sofa lagi" sahut Asher Dara yang terkejut mendengarnya sontak tertawa lepas "loe semua pada gila ya ?" sahutnya yang tak berhenti tertawa "Kita serius Dar berniat minta maaf" ucap Danish "Ngapain loe pada minta maaf. woi ini itu tempat kalian. Sebelum gue disini kalian rutin melakukan itu kan. Lalu ? Kenapa kalian harus minta maaf ?" Herannya "Entahlah kita pokoknya disuruh mas Arka minta maaf ke elo" ujar Asher sontak saja Dara menatap tajam pada Arka "Karena mereka kamu semalam harus tidur sofa jadi sudah seharusnya mereka minta maaf. Mereka gak kira-kira kalau mau melakukan itu padahal di rumah ini ada cewek" jelas Arka menyahuti tatapan Dara "Oh ya.. bukannya mas Arka juga semalam bawa cewek.. mas Arka juga sering kan melakukan itu selama ada aku.. lalu kenapa hanya mereka saja yang minta maaf" "Ini kan rumahku jadi aku berhak melakukan apapun" tepis Arka "Kalau begitu aku juga berhak dong memutuskan apapun. Kan aku istri mas Arka" sahut Dara yang langsung di sahut tawa oleh Asher dan Danish "Sudah kalian gak perlu lanjutin obrolan gak jelas ini. Kalian bisa lakukan apapun kok yang kalian mau disini. Lagipula aku yang salah gak kasih tau kalian kalau mau pulang cepat" "Haa.. benar itu. Dara juga salah mas, karena dia tidak memberitahu kita terlebih dahulu" ujar Danish "Sudah.. sudah.. ayo makan.. aku lapar" ajaknya diiyakan semuanya ---- "Mas Arka sengaja ngerjain Danish sama Asher yah tadi" "Buat apa ngerjain mereka ?" Bantahnya "Benarkah" ragunya melirik pada Arka yang merangkulnya Arka mendehum pasrah mengiyakan ucapan Dara. "Buat apa ?" Tanya Dara "Agar tau batasan." Singkat Arka "Batasan yang bagaimana ?" Tanyanya yang penasaran "Batasan mengajak wanita ke rumahku. Mereka memiliki rumah sendiri kenapa tidak membawa wanita-wanita nya ke rumah sendiri. Mereka punya uang paling tidak sewa hotel saja kalau tidak mau membawa kerumahnya." Jelas Arka ditertawakan Dara "Kalau gurunya disekolah bisa mengajarinya kenapa harus belajar dirumah. Mungkin seperti itu" sahut Dara dengan tawa Arka menyempitkan mata menatap Dara. Arka menggelitiki Dara dan membuat Dara makin tertawa terbahak-bahak. Tangan Arka terulur di rahang Dara. Ia perlahan mendekat lalu mencium bibir Dara. Ia melumat bibir atas-bawah nya bergantian. Dara pun reflek menutup mata membalas lumatan Arka. Mereka saling bertukar saliva Tangan Arka tak tinggal diam, ia menerobos masuk kedalam baju piyama Dara. Arka menyapukan jari-jarinya menelusuri tubuh Dara membuat wanita itu menggeliat. "Ahmm.." desahan lepas dari mulut Dara seketika bibir Arka sibuk di telinganya dan tangan Arka tanpa henti menjelajahi tubuhnya yang sensitif Arka memasukkan tangannya kedalam celana Dara. Menggesekkan jarinya ke area sensitifnya dan Dara kembali mengerang menikmati sentuhan Arka yang membuat tubuhnya kepanasan "Can I" bisik Arka yang menjilati telinganya "No" jawabnya seraya mendongak kenikmatan menahan diri menggigit bibir bawahnya "Please" mohonnya Dara langsung saja menahan tangan Arka yang masih terjepit didalam celananya. "Please" mohonnya kembali "Aku akan benar-benar pergi jika kamu melakukan lebih" ancam Dara begitu membuat kepala Arka semakin kepanasan dan merasa ia frustasi. Arka menarik tangannya dari celana Dara. Ia menyandarkan kepalanya di pundak Dara "Why ?" Tanya Arka dengan lesunya "Karena aku takut jika sampai mencintaimu" batin Dara "Karena aku sedang tidak ingin" jawabnya Arka membenahi tidurnya dan juga Dara. Ia memeluk Dara namun begitu Dara bergerak matanya terpejam sangat erat seraya menahan nafasnya "I can't" ujar Arka yang langsung mengukung Dara dibawahnya. Ia langsung menyambar bibir Dara dengan lumatan juga menahan kedua tangan Dara yang ingin mendorongnya. Begitu ganasnya Arka melepaskan seluruh kain yang menutupi Dara. Ia terus memberikan sentuhan nikmat pada Dara hingga membuat tubuh Dara lemas dan tak kuat untuk memberontak lagi. Arka tergesa-gesa melepaskan bajunya juga celana yang menahan sesak miliknya. Arka menjelajahi tubuh Dara dengan bibirnya seraya mengarahkan miliknya tepat didepan milik Dara. Begitu Arka berusaha memasukinya Dara mendongak meneteskan air di ujung matanya. Dengan sekali hentakan Arka memasukkan seluruh miliknya kedalam Dara dan perlahan ia menggerakkan pinggulnya naik-turun. Arka memberikan beberapa kissmark ditubuh Dara. Menjilati telinganya dan kembali mengulum bibirnya "Ah.. hmm" begitu desahan Arka keluar seraya menatap Dara yang membalasnya dengan mengerutkan dahi "Nikmat bukan" bisik Arka seraya melumat telinganya terdiam tanpa kata "Nikmati sayang" ucap Arka yang menambah ritmenya "Hah.. hmm.. ahh" desahan Dara tak tertahankan begitu milik Arka masih berada didalamnya dan jari Arka yang menyapu area-area sensitifnya Arka meremas d**a Dara kasar membuatnya mengerang nikmat dan sakit beradu di dalam batinnya. "Kenapa rasanya aku tidak bisa berhenti. Kenapa ini begitu nikmat dan sayang untuk dihentikan" batinnya yang tengah berperang dengan akalnya Begitu Arka merubah posisinya membuat Dara membelakanginya dan ia memasukkan kembali miliknya dari belakang semakin menambah kenikmatan yang dirasakan Dara. Arka semakin cepat memaju-mundurkan pinggulnya. Hingga di titik kepuasan Arka melepaskan cairan kental didalam rahim Dara. Dara terbaring terengah-engah begitu juga Arka yang berbaring disampingnya. Ia memeluk Dara dengan hangatnya mencium kening Dara. Arka menarik selimutnya menutupi tubuh mereka yang masih sama-sama telanjang bulat. "Aku kalah lagi dan entah kapan perang ini akan berakhir. Jika memang harusnya aku tersungkur menerima kekalahan ini segera saja. Jangan buat diriku semakin kebawah sampai tidak bisa melihat langit diatasku" batin Dara begitu ia menutup mata sedikit meneteskan air mata dan perlahan tertidur lelap di dalam pelukan Arka
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN