Acara pemberkatan dan syukuran yang rencananya mengundang ribuan berubah menjadi hanya mengundang ratusan orang, karena Rey bilang sama mami Kinan kalau Jani ga mau banyak banyak orang yang diundang, hanya saudara dan teman dekat keluarga saja, selain itu biar ikutan pesta pada bulan depannya saja di Jakarta.
Dan karena mami Kinan sudah menjadikan Jani sebagai anak kesayangannya tentu saja dengan segera menyanggupi keinginan anak mantu nya itu.
“Ayang cape?” tanya Rey kepada Jani setelah ia melihat Jani yang seperti tidak nyaman dengan sesuatu.
“Abang, kaki Jani sakit deh! Kayaknya karena aku ga biasa pake high heels bang!” keluh Jani dengan memegang lengan Rey sebagai tumpuan berdirinya, karena kakinya sudah sanat sakit.
“Coba abang lihat ya? Ayang duduk dulu disini.” Kata Rey dengan tampang khawatir, sbenernya ini sudah hampir acara puncak, yaitu acara dansa. Tapi karena tamu tamu daritadi ga berhenti memberi selamat jadi Jani demi memberikan penghormatan ia pun ikutan berdiri untuk mengucapkan terimakasih atas kehadiran tamu undangan yang datang.
“Mestinya kamu bilang sama mami kalau kamu ga biasa pakai high heels dong, Yang!” sungut Rey melihat kaki Jani yang ternyata sampai lecet dibuatnya.
“Abang kan tinggi, kalau Jani ga pakai heels, jadi kelihatan pendek dong.” Rajuk Jani dengan manja, membuat Rey gemas.
“Ya tapi gak dengan menyiksa kaki mulus kamu juga dong!!” kata Rey sambil menoel hidung mancung istrinya karena gemas.
“Nak, ada apa sih? Kok Jani kelihatan pucat?” tanya mami KInan yang saat ini benar benar menjadi seksi sibuk karena ide acara syukuran dan sebagainya emnag muncul dari dirinya.
“Mi, lihat tuh kaki Jani lecet, gara gara Jani pakai heels. “ gersah Rey sambil menunjukan kaki Jani yang lecet.
“Duh anak mami, sebentar nanti mami akan suruh orang untuk ambilin kotak p3k kemari.” Kata Mami Kinan dengan tergesa.
“Mami, gausah. Malu! Jani bakalan duduk manis saja disini, jadi kaki Jani ga bakalan lecet.” Kata Jani sambil memegang tangan mami mertuanya yang sudah hendak lari mencari kotak p3k buat mantu kesayangannya itu.
“Tapi kamu ga kenapa kenapa kan sayang?” tanya mami dengan khawatir.
“Sebentar lagi kan acaranya selsai. Jani ga usah ikutan dance ya Mi!”pinta Rey yang kasian dengan Jani yang tampak kesakitan.
“Aduh padahal mami kepingin kamu romantisan sama Jani, Rey! Pas banget kan kalau dansa berdua sama istri kamu yang cantik ini.”
“Sudah ga pa pa, Mi! Yang penting dansa di kamar bersama Jani ga batal!”
“Ya udah nanti pas dansa kamu bawa saja istri kamu ke dalam kamar pengantin kamu.”
“Owh ya Tuhan, itu bagian yang paling Rey tunggu tunggu, Mi!” itu dikatakan oleh Rey karena semalam setelah ia sah secara surat menyurat pun ia masih belum diperbolehkan untuk tidur sekamar dengan istrinya itu, dengan alasannya karena belum adanya pemberkatan nikah oleh pemuka agama, jadi belum dianggap sah seratus persen.
“Dasar anak m***m!!” kening Rey disentil oleh maminya yang kesal dengan tingkah m***m anaknya itu.
“Aduh!” teriak Rey dengan lebay. Sedangkan Jani hanya bisa senyum saja mendengar celotehan mama mertua dan suami sahnya itu.
“Jani sayang, kamu istirahat saja kalau sudah lelah.” Kata mami Kinan yang kasihan melihat mantunya yang sudah tampak kelelahan.
“Ya mi!” sahutnya patuh, tak lupa ia mencium tangan mami sebelum ia pamit untuk naik ke kamar hotel yang sudah disediakan untuk kamar pengantin buat Rey dan Jani.
“Ayo, yang! Apa perlu abang gendong kalau kaki kamu masih sakit?” tanya Rey dengan nada cemas.
“Ga usah Bang! Malu kalau dilihat sama yang lain.”
“Loh Jani? Kalian mau kemana?” tanya papa Arya diikuti mama Ai yang keheranan karena anaknya digandeng oleh suaminya hendak pergi dari pelaminan.
“ Ini loh pa, kaki Jani sakit karena ga terbiasa pakai heels, kayaknya lecet deh. Makanya Rey ijin mami Kinan untuk mengobati kaki Jani dan menyuruhnya istirahat.” Jelas Rey kepada mertuanya, dan langsung diijinkan oleh mertuanya karena tak ingin Jani tambah tersiksa.
“Ya sudah, Jani lebih baik kamu pamit dengan papi Rayhan mu. Gak enak kalau kalian menghilang begitu saja, sedangkan acara juga belum selesai.” Kata mama Ai dengan segera, dan tentu saja perkataan mama di amini langsung oleh papa Arya yang tidak mau dianggap oleh besannya kalau ia tidak mendidik kesopanan pada anak gadisnya itu.
“Iya pa, ma, ini Rey antar Jani ke papi Rayhan dulu sebelum antar Jani ke kamar.” Ijin Rey kepada mertuanya, ia langsung membawa Jani yang masih kesakitan untuk mencari papinya,
“Pap, kami mau ke kamar dulu.” Kata Rey saat ia dan Jani sudah turun dari pelaminan, mendapati papinya sedang berbincang dengan rekan bisnisnya dekat dengan tumpukan gelas berisi minuman untuk para tamu.
“Kata mami kamu bakal ada acara dansa?” tanya Rayhan dengan heran.
“Kaki Jani luka karena pakai high heels, Rey mesti obatin ini dulu takutnya nanti bakalan infeksi kalau ga segera ditangani.” Sahut Rey sambil menunjuk kaki Jani yang terpincang.
“Iya, Pi! Tadi malah mami yang suruh Jani untuk istirahat di kamar.”tambah Jani dengan suaranya yang lembut dan terkesan manja.
Rayhan hanya mengangguk dengan perasaan sayang, ia pun sama dengan istrinya dari dulu mendambakan ingin memiliki putri, tapi takdir berkata lain, ketiga anaknya laki laki semua. Type anak perempuan yang ia dambakan semuanya ada di dalam diri Jani, manis, polos, penurut dan manja.
“Ya sudah, Jani istrirahat aja di kamar.” Kata papi Rayhan sambil mengusap kepala mantunya dengan sayang.
Rey tidak membuang waktu langsung mengajak Jani ke kamar hotel yang disediakan untuk mereka. Ia sudah tidak sabar untuk berduaan dengan istrinya yang masih polos itu.
“Ayang, abang gendong aja ya? Kasian kalau ayang harus berjalan dengan kaki yang lecet kayak gini.” Kata Rey dengan prihatin.
“Malu ah, Bang!”sahut Jani dengan nada manja.
“Ini di dalam lift kok, dan lift ini langsung ke presidential suite yang sudah dibooked untuk kamar pengantin kita jadi ga usah takut bakal ada orang yang lihat.” Paksa Rey lagi karena ia ga tega melihat Jani kesakitan.
“Tapi Jani tuh berat loh Bang!” argument Jani lagi.
“Ck, kamu tuh merendahkan abang ya? Gini gini abang tuh fitnesan jadi tubuh abang itu kuat dan sanggup kalau cuman gendongin kamu ke presidential suite aja,jadi.. mau ya?” pinta Rey dengan wajah melas.
Hati Rey bersorak gembira saat Jani pada akhirnya hanya bisa menganggukkan kepalanya malu malu. Rey tanpa aba aba langsung menggendong istriya ala bridal yang membuat Jani hanya bisa memekik kecil dan memukul d**a suaminya karena gerakan Rey yang tiba tiba membuat dirinya kaget. Jani juga secara otomatis mengalungkan tangannya ke leher suaminya dan memegangnya erat erat takut kalau dirinya jatuh.