8. Halangan

1245 Kata
Hati Rey bersorak gembira saat Jani pada akhirnya hanya bisa menganggukkan kepalanya malu malu. Rey tanpa aba aba langsung menggendong istriya ala bridal yang membuat Jani hanya bisa memekik kecil dan memukul d**a suaminya karena gerakan Rey yang tiba tiba membuat dirinya kaget. Jani juga secara otomatis mengalungkan tangannya ke leher suaminya dan memegangnya erat erat takut kalau dirinya jatuh. Dada Jani yang empuk menekan d**a Rey yang bidang, membuat tubuh Rey berdesir dan ada sesuatu di bagian tubuhnya yang menggeliat minta dipuaskan, tapi tentunya Rey tidak bisa bar bar melakukannya dengan Jani, karrena ia tahu kalau ini adalah malam pertama bagi Anjani Hadinata, istri kecilnya itu. Pintu lift terbuka di sebuah pintu kamar yang dituju oleh mereka, dan tanpa menunggu lama Rey langsung memasukan acces card ke pintu kamar itu sehingga kamar yang mereka tuju terbuka lebar, dan Rey langsung mendudukan istrinya ke ranjang pengantin yang dihiasi oleh banyaknya bunga mawar dan melati yang membuat kamar itu menjadi sangat romatis. Bak anak kecil yang ketemu mainannya, Jani langsung menghamburkan bunga bunga yang ada di ranjang pengantin mereka dengan riang. “Bang, bunganya banyak banget?” “Kamu senang bunga?” tanya Reey yang langsung dijawab dengan anggukan antusias Jani. “Lilinnya juga banyak, bagus deh!” “Kamu suka?” tanya Rey sambil menyibak kain gaun Jani yang menutupi kakinya karena ia ingin segera mengobati kaki istrinya. Jani mengangguk sekali lagi tanda ia menyukai dekor kamar pengantin itu. “Aduh!” rupanya luka lecet di kaki Jani tersentuh tangan Rey yang membuat Jani jadi terjingkat karena nyeri. “Sakit ya, Yang?” tanya Rey sambil mengernyitkan wajahnya tanda ia merasa bersalah saat ia menyentuh dengan tak sengaja luka kaki istrinya itu. “Huum.” Sahutnya sambil meringis, ternyata luka di kaki Jani cukup lumayan, bahkan kakinya di seputaran lecetnya itu tampak membengkak tanda peredaran darahnya tidak lancar, Rey bergegas mengambil ponselnya menghubung i asistennya untuk memanggil dokter pribadi keluarganya. Dan karena dokter itu juga dipanggil ke acara syukuran pernikahan Rey dan Jani sehingga ia dapat segera memenuhi permintaan Rey untuk mengecek kondisi istrinya. Tok tok tok Rey segera membuka pintu kamar presidential suitenya, sang dokter yang diantar oleh asistennya segera masuk untuk memeriksa kondisi istri dari Reyvan. “Rey, ini cuman lecet biasa kok, cuman karena dibiarin ya jadi bengkak kayak gini.” Kata dokter paruhbaya yang bernama Andri itu. “Dok, tapi ga berbahaya kan?” tanya Rey dengan cemas. “Enggak, mungkin harus dikasih obat anti inflamasi supaya tidak bengkak.” “Oke dok, langsung aja dok dikasi obatnya. By the way, kakinya yang sakit ini berpengaruh sama malam pertama kita gak, dok?”tanya Reyvan dengan nada santai, tapi efek pertanyaan tadi membuat Jani jadi malu. Wajahnya sudah memerah, apa yang dikatakan oleh suaminya sungguh memalukan. “Ha ha ha dasar anak muda! Ya jelas ga ada hubungannya dong!” sahut dokter Andri sambil terkekeh geli. Tiba tiba, pintu kamarnya diketuk dengan tergesa gesa. “Siapa sih?” gerutu Reyvan dengan nada sebal. “Paling pak Rayhan dan ibu Kinan, bos!” kata asistennya yang bernama Reza. “Lhah kamu tadi bilang sama mereka?” tanyanya dengan kesal. “Tadi pak dokter sedang berbicara dengan bapak dan ibu, bos!” kata Asistennya tak mau disalahkan. “Hais, pasti mereka akan merusuh!’ gunam Rey sambil menyuruh asistennya untyuk membuka pintu. “Siapa yang datang, bang?” tanya Jani yang kelihatannya sedang di semprot oleh sebuah obat yang membuat pergelangan kakinya tidak terlalu bengkak dan tidak sakit. “Kayaknya papi dan mami deh! “ kata Rey dengan nada melas. “Emang kenapa? Papi dan mami paling cuman mau nengok Jani aja bang! Ga usah gitu deh wajahnya. Kamu ga bakalan dimarahin.” Kata Jani menenangkan. “Bukan gitu deh , Ayang! Soalnya aku takut nanti papi dan mami marah sama aku.” “Ish ya nanti Jani pasti belain abang!” kata Jani lagi. “Mantu mami gimana keadaannya?” tanya mami Kinan dengan nada cemas, mami masuk bersama papi Rayhan, lalu mendorong Reyvan yang sedang menunggui istrinya di sofa. “Aku ga pa pa, Mi! cuman lecet dikit doang, kata dokter Ardi ini bahkan tidak masalah sama sekali, ini malah sudah gak sakit.” Kata Jani dengan lembut, sambil memegang tangan mami Kinan yang perhatian sama dirinya. “Kenapa aku dicuekin sih? Aku kan juga anak mami?” gerutu Rey dengan sebal karena maminya bahkan tidak melirik kehadirannya. “Cemburu kok sama istri sendiri, malu sama umur! Emang kamu umur berapa?” sergah papi Rayhan dengan kesal. “Iya iya, yasudah karena istriku gak pa pa, jadi kalian yang tidak berkepentingan diharap keluar dari kamar ini soalnya Rey sama Jani mau melakukan tugas kami yang tertunda.” Kata Rey mengusir mereka yang ada di dalam kamar membuat netra mami Kinan membulat sempurna melihat anak sulungnya yang sangat m***m bahkan terlihat jleas, karena dokter keluarga mereka saja sampai mencuri curi senyuman melihat kelakuan anak sulungnya itu. Hadeh, keturunan siapa sih ini? “Jangan macam macam, menantu mami masih sakit masa kamu sudah kemana mana pikirannya. Gak bisa!! Pokoknya hari ini, mala mini, menantu mami akan tidur sama mami! Titik!!” Keputusan tiba tiba mami KInan membuat bukan hanya Rey yang melotot, bahkan papi Rayhan juga ikut gak terima. “Mi, masa papi tidur sama Rey? Gak bisa dong Mi!!” protes papi Rayhan yang membuat dokter Ardi dan asisten Reyhan jadi tersenyum ditahan tahan, takut kena semprot multibilioner itu. “Rey juga tidak setuju, sekarang Rey mau nany sama mami, kapan Rey bisa kasih mami dan papi cucu yang lucu kalau mami culik Jani melulu. Mami gak kasihan sama Rey yang sudah nikah tapi belum merasakan surga dunia?” katanya Rey dnegan melas. “Ish omongan kamu itu lo!” kata Mami sambil menggeplak kepala anaknya yang pikirannya gak jauh jauh dari itu. Tapi mamai KInan juga lagi bayangin kalau dia punya cucu yang lucu dan imut dari Rey dan Jani. “Makanya, mami itu jangan ganggu ganggu Rey ya! Soalnya Rey sama Jani mau bikin anak yang lucu, dan itu butuh konsentrasi tinggi.. aduhh! Sakit sayang!!” kata Rey mengaduh saat Jani mencubit pinggangnya. Bayangkan betapa malunya gadis muda nan belia itu saat suaminya dengan tidak malunya mengatakan sesuatu yang membuat dirinya ingin sembunyi di dalam karpet hotel. “Hmm, bener juga omongan kamu!! Tapi kan si Jnai masih sakit kakinya.” Bantah mami KInan. “Tapi kata dokter Ardi, enggak apa apa, bahkan kakinya sekarang sudah gak sakit, ya kan Jani sayang?” tanya Rey sambil mengkode Jani agar mengiyakan apa yang diinginkannya. Membuat mau gak mau, Jani hanya bisa meringis dan mengangguk malu. “Iya ma!” cicitnya lirih. “ Ya udah, ini yang pertama buat Jani loh, Rey. Kamu jangan kasar. Soalnya itu pasti sakit dan..” “Mamiiiiii…” potong Rey dengan nada tinggi melihat istrinya tampak pucat saat mami Kinan berkata bahwa saat pertama kali itu sakit, dan ia harus perlahan. Dasar si mami, pasti istrinya ketakutan dong ah… “Iya iya, ini mami sama papi mau keluar, kalau dokter Ardi sama Reza mau disini apa keluar juga?” goda mami Kinan, saat papi Rayhan sudah mau menyeret keluar istrinya yang masih betah bersama Jani, efek gak punya anak cewe se cute dan imut Jani. “Keluar semua!!” usir Reyhan dengan bar bar, bahkan ia sedikit mendorong Reza yang paling akhir di dalam ruangan. Sampai akhirnya kamar hotelnya kosong, pintunya Rey kunci dengan double lock dan hanya mereka berdua yang ada di dalam kamar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN