Bab 45 – Luka yang Tertinggal

1179 Kata

Aruna bangun dengan mata sembab. Malam tadi ia sama sekali tidak bisa tidur. Pikirannya berputar tanpa henti, berisi wajah Radit, tangisan Laras, dan bayangan Karina yang penuh kebencian. Ranjang besar itu terasa begitu dingin meski Radit ada di sebelahnya. Mereka tidur saling membelakangi, seolah ada dinding tak kasat mata yang memisahkan keduanya. Ketika matahari pagi menyelinap melalui celah tirai, Aruna merasakan perih yang menusuk. Hari baru seharusnya membawa harapan, tapi baginya, hari ini terasa seperti kelanjutan dari luka semalam. Perlahan ia bangun, menapaki lantai dingin dengan kaki telanjang. Radit masih terbaring, matanya terpejam, tapi napasnya tidak tenang. Aruna tahu suaminya juga bergulat dengan pikirannya sendiri. Ia ingin menyentuhnya, ingin percaya lagi, tapi sesuatu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN