“Kamu ngapain?” Tanya Zevanya dengan nada panik karena Daniel yang secara perlahan semakin menurunkan tubuhnya hingga jarak tubuh mereka semakin menipis. Saat ini posisinya dengan Daniel cukup intim dan membuatnya kembali merasakan jantungnya yang berdebar kencang tanpa bisa dikontrol. Ia bahkan berusaha sekuat tenaga menahan nafas agar hembusan nafasnya tidak mengenai wajah Daniel yang berada begitu dekat dengannya. Zevanya masih berusaha untuk bergerak mundur, namun ia sudah tidak memiliki ruang sama sekali karena punggungnya sudah menempel erat di sandaran sofa. Ia semakin panik saat Daniel mulai menggerakkan wajahnya semakin dekat ke arahnya yang mana mata pria itu menatap tepat ke arah bibirnya. Begitu bibir keduanya hanya berjarak beberapa senti, Zevanya seakan tidak bisa berpikir