“Rion … tunggu!” Lethicia mempercepat ayunan kakinya saat melihat Rion memutar tubuh. “Berhenti kata Mama!” Rion yang sudah berjalan menjauh, menghentikan langkah kakinya. Pemuda itu menarik sepanjang mungkin napasnya. Dia tidak punya muka bertemu dengan wanita itu. Dia merasa bersalah. Sangat bersalah. Tidak seharusnya dia terlahir dari benih suami wanita itu. Wanita itu pasti sangat terluka hatinya. “Kenapa pergi? Kamu tidak mau bertemu dengan Mama?” tanya Lethicia setelah berhasil menyusul Rion. Wanita yang pagi itu memakai dres warna hitam dan mengikat rambutnya menjadi satu itu menatap punggung sang putra. “Kamu tidak merindukan Mama?” tanya Lethicia. Sepasang mata wanita itu sudah basah. “Kamu tidak membalas pesan-pesan Mama. Kamu menjauhi Mama. Apa sekarang kamu juga tidak mau me