“Kemana kita sekarang, Tuan?” tanya Eric setelah sang tuan masuk ke dalam mobil. Kali ini mereka memang hanya pergi berdua. “Hotel.” Eric menoleh tidak lebih dari dua detik. “Tidak ke rumah sakit?” tanya pria itu memastikan. “Tidak. Keberadaanku di sana hanya akan membuat keadaan lebih panas.” Hembusan napas berat keluar dari bibir pria itu. “Dia tidak hanya marah padaku, Ric. Dia sangat membenciku.” Geraldo memutar kepala seraya menarik pelan oksigen masuk melalui celah mulut. Hening setelah kalimat terakhir yang keluar dari bibir Geraldo hingga beberapa menit kemudian pria itu mengerutkan bibir. Kedua mata sang taipan mengecil. “Dia akan datang. Apa menurutmu dia akan marah kalau aku menjemputnya di bandara?” Mendengar pertanyaan sang tuan, Eric mengernyit. Bola mata pria yang sedan