Perseturuan batin terus berkecimprung di dalam benaknya. Pikirannya terus berkelana pada kejadian di siang hari tadi. Farlten menatap keatas atap kamarnya, dengan tangan yang sematkan di belakang kepala. Pertanyaan demi pertanyaan terus berputar di dalam kepalanya. Ia begitu penasaran dengan hubungan Avelyn dan Theodor si guru super dinginnya tersebut. “Apa mungkin mereka adalah saudara kandung?” gumamnya pada diri sendiri. “Tapi mana mungkin sih, mereka sendiri tak pernah berangkat bareng. Begitu juga mereka tak pernah bertegur sapa. Lantas mereka itu ada hubungan apa?” Farlten terus mencoba berpikir keras perihal tentang hal itu. Farlten mengecek ponselnya yang berada di nakas. Tidak ada notifikasi sama sekali dari untuk dirinya. Ya, tiap hari dirinya tak pernah sama sekali bertanya