Kini saatnya Karina dan Kanaya berpisah di depan pintu keberangkatan International. Kanaya memeluk mamanya dan memberi isyarat
' Ma, jangan khawatirkan aku, aku pasti bisa menyesuaikan diri, aku pasti bisa berhasil. Kita hanya berpisah tiga bulan, mama jaga diri sendiri ya, jangan jahit sampai terlalu malam. Ingat makan dan istirahat. Perpisahan sementara ini, agar aku bisa memberikan mama hidup yang lebih baik.Jadi mama juga harus berjanji untuk jaga diri sendiri.'
Karina mengangguk, berusaha keras menahan air matanya " Kamu yang harus jaga diri, kamu juga jangan lupa istirahat, tidurnya jangan kemalaman, jangan asik gambar sampai lupa tidur. Kalau ada kesulitan ingat video call mama, kita kan uda download aplikasi whatsapp."
Selama ini karena keterbatasan dana, Kanaya dan Karina tidak memiliki handphone yang ada internetnya. Kanaya hanya memiliki satu buah laptop second yang dibeli Karina saat Kanaya mendaftar di SMK, untuk mengerjakan tugas-tugasnya, karena harus berpisah saja, baru mereka beli Handphone bekas yang memiliki akses internet agar mereka bisa berkomunikasi lewat aplikasi w******p .
Meskipun Karina berusaha menahan keras air matanya, tapi air matanya tumpah juga saat Kanaya memeluknya erat dan memberi isyarat
' Aku pamit mama, doakan aku'
Lalu Kanaya mengeluarkan tabnya dari tas jinjingnya, dia menulis dengan pensil stylusnya .
'Pak Edwin, kalau boleh saya minta tolong, sekali-kali tolong tanyain kabar mama, agar saya tahu dia baik-baik saja. Mama itu suka menyembunyikan kesusahannya sendiri. Kalau mama sakit atau ada apa-apa tolong bantu ya Pak, selama tiga bulan ini. Maaf kalau permintaan saya merepotkan Bapak. Tapi hanya Bapak yang bisa saya percayai, saat ini. Terimakasih Pak'
Tabnya lalu dia tunjukan ke Edwin yang membacanya dengan haru. Edwin mengangguk " Pasti Kanaya. Pasti. Saya akan memberi kabar padamu, kalau terjadi sesuatu dengan mamamu. Kamu tidak merepotkan saya kok. Kamu baik-baik di sana , Ya. Kalau ada kesulitan minta tolong Denis, dia memang tugasnya membantu kalian selama tiga bulan ini."
Denis yang berdiri di samping Om nya, ternyata ikut membaca pesan yang ditulis Kanaya, dia berbisik menggoda Om nya
" Om, Weekend, kan om nggak ngantor, daripada bengong di rumah, nyetir ke Bekasi, temanin Tante Karina selama Naya ada di Milan, hitung-hitung PDKT, Om."
Edwin hanya mendelik pada ponakannya, saat Kanaya dan Karina mulai melangkah mendahului mereka dia bilang ke Denis
" Den, bisakah kamu menolong Om? Tanya Edwin ke Denis
" Tolong apa?"
" Tolong jaga Kanaya selama di sana. Om berhutang budi pada mamanya, kalau dulu tidak ada mamanya yang melompat menolang Tante Ida dan Emma, pasti saat itu Om sudah kehilangan dua orang yang paling Om sayangi."
“Aku akan memperhatikan Kanaya jika dia membutuhkan bantuan. Tapi itu juga berlaku untuk semua peserta, Om. Aku harus bersikap adil. Tidak bisa memberikan perhatian khusus hanya pada Kanaya. Hadiah ini kita adakan untuk memperbaiki ketidakadilan yang pernah terjadi, dan aku tidak mau hal itu terulang lagi dengan memberi perlakuan istimewa pada satu peserta saja. Semua harus diperlakukan sama.” Kata Denis.
" Baik,Om mengerti prinsipmu. Tolong bantu Om kalau Kanaya ada kesulitan dan jangan ragu hubungi Om, kalau ada apa-apa di sana, untuk ketiga peserta kita."
" Tenang Om, nggak bakalan terjadi apa-apa. Aku bisa kok menjaga ketiga gadis itu, mereka itu kan ibarat adik bagiku, umur mereka sepantaran Desy kan?" Kata Denis
" Iya semua seumuran , 19 tahun." Jawab Edwin
Di sudut yang lain. Dian juga memeluk Aliya , tapi bukan kata-kata saling menguatkan yang didapatkan Aliya melainkan kata-kata penuh amarah yang keluar dari mulut Dian
" Mama uda habis uang 30 juta untuk upgrade tiketmu dari Ekonomi ke bisnis, kamu harus berhasil dekatin Denis. Dia itu bakalan jadi penerus Sejahtera Perkasa Group, hidupmu akan senang kalau kamu bisa jadi istrinya . Di sana itu, perbanyak latihan gambar, perbanyak baca buku mode, agar kamu bisa dapat ilham. Kamu gambarnya masih belum bagus, Di sana sudah tidak ada mama yang bisa membayar joki untuk menggambar design bajumu jadi kamu harus berusaha sendiri. Mama tidak bisa back up kamu lagi untuk menjegal lawanmu yang bagus, seperti saat mama menjegal model Kanaya supaya tidak hadir, jadi kamu harus memikirkan cara sendiri. Bisa kamu pahami?" Tanya Dian dengan nada sinis
Aliya tampak menghela nafas dan menjawab lirih " bisa Ma"
Lalu Dian melanjutkan instruksi jahatnya " Kalau Denis mengajakmu ML, langsung lakuin saja, kalau bisa buat dirimu hamil, agar pulang dari sana kamu bisa langsung jadi menantu Perkasa. Itu cara paling cepat dan jitu. Jangan sok suci ya kamu. Goda Denis dengan kecantikanmu."
" Tapi... Tapi Ma.. Denis itu kata Desy nggak minat pacaran dan belum mau menikah." Kata Aliya dengan suara bergetar, sepertinya dia sangat takut dengan mamanya
" Justru itu, kamu harus mau di ajak berhubungan intim dan buat dirimu hamil. Menurut informasi dari teman-teman mama, Denis memang belum mau pacaran dan kawin tapi dia ngak menolak kalau tidur bareng, uda banyak model dan influencer yang menghabiskan malam bersamanya. Jadi pandai-pandainya kamu saja. Ini kesempatan bagus buatmu, bisa tiga bulan bareng Denis tinggal di rumah yang sama. Kamu sama sekali tidak ada saingan. Yang satu badannya segede gentong, yang satu lagi bisu, kamu pasti jadi pemenangnya. Jadi pakai otakmu saat di sana, goda Denis, buat dirimu hamil dan pulang nanti kalian bisa langsung menikah." Kata Dian dengan licik
Aliya menghela napas, hatinya penuh dengan penolakan terhadap permintaan mamanya. Semua pilihan yang mamanya buatkan untuknya terasa seperti beban, bukan kehendaknya sendiri. Aliya sebenarnya ingin menjadi fotografer, tetapi mamanya tidak mengizinkannya karena profesi itu dianggap tidak memberi peluang untuk mendekati Denis. Sejak Aliya bersahabat dengan Desy Perkasa di SMA, mamanya, Dian, menjadi terobsesi dengan keluarga Perkasa apalagi setelah mengetahui kekayaan yang akan diwariskan kepada Denis, cucu lelaki satu-satunya, Dian mulai menyusun rencana.
Dian membujuk suaminya, Marcus, agar Aliya memilih jurusan fashion di Paris, meskipun Aliya sama sekali tidak memiliki minat di bidang itu. Dengan dalih meneruskan usaha keluarga yang memiliki jaringan department store, Dian berhasil meyakinkan Marcus. Akhirnya, Aliya terpaksa mengorbankan cita-citanya sebagai fotografer dan menjalani pendidikan fashion selama setahun di Paris. Namun, setibanya di rumah setelah menyelesaikan studinya, Dian langsung menyodorkan formulir lomba busana Sejahtera Perkasa, khusus untuk perancang pemula. Meski Aliya tidak memiliki ide dan tidak tahu bagaimana menjahit dengan rapi, Dian tidak peduli.
Dian dengan licik membayar joki untuk mengerjakan desain tersebut, dan bahkan menyabotase model Kanaya agar tidak hadir, sehingga Kanaya, yang sejak awal memiliki karya yang sangat bagus, terpaksa tampil sendiri sebagai model untuk membawakan baju rancangannya. Obsesi Dian yang tak terkendali untuk menguasai kekayaan keluarga Perkasa mendorongnya melakukan segala cara, bahkan mengorbankan impian dan kebahagiaan putrinya sendiri.
Aliya ingin menjerit, ingin meminta maaf pada Kanaya, tetapi ketakutan menjeratnya erat, seperti rantai yang tak terlihat namun tak terlepaskan. Ia tak berani melawan cengkeraman ibunya yang penuh manipulasi dan ambisi buta. Kini, perintah mamanya semakin kejam, memintanya menjual tubuh dan harga dirinya , melacurkan dirinya agar hamil untuk menjebak Denis. Aliya merasa dunianya hancur, mamanya telah berubah menjadi sosok yang tak lagi dikenalnya, dibutakan oleh keserakahan yang tak terbatas.
Berapa lama lagi ia bisa bertahan dalam penjara tak kasat mata ini sebelum dirinya benar-benar hancur?