Demi Obesi dan Ambisi Kosong

1331 Kata

Denis mondar-mandir gelisah di ruang IGD rumah sakit di Milan, menunggu dokter yang memeriksa Aliya. Wajahnya penuh kecemasan, pikirannya kalut. Dia belum pernah menghadapi situasi seperti ini sebelumnya. Hidupnya selama ini selalu mudah, tanpa persoalan besar. Secara tak sadar, matanya tertuju pada Kanaya yang duduk tenang di kursi tunggu. Baru saja ia menyadari, Kanaya tidak memakai alas kaki, dan dirinya sendiri hanya mengenakan boxer, kaos, dan sandal rumah. "Oh My God, Kanaya, kamu nggak pakai sandal, dan aku cuma pakai boxer dan kaos. Aduh, gimana ini? Dompet pun aku lupa bawa," katanya dengan panik. Kanaya hendak menggerakkan tangannya untuk berbicara dalam bahasa isyarat, tapi dia tahu Denis tidak akan mengerti. Tablet yang biasa digunakannya untuk berkomunikasi pun tertinggal. A

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN