Edwin yang mendengar isak tangis ibunya langsung berbalik, hatinya terasa hancur. Ia dan Daniel sangat mencintai Maria, wanita anggun yang telah menjadi pilar keluarga mereka. Tanpa berpikir panjang, mereka berdua mendekat dan memeluk sang ibu dengan lembut. Edwin, dengan suara lirih dan penuh penyesalan, berkata, "Ma, jangan menangis. Maafkan Edwin. Aku tidak pernah ingin membuat Mama sedih." Daniel ikut menenangkan ibunya, "Iya, Ma. Jangan menangis lagi. Maafkan istriku, nanti aku akan bicara dengannya. Aku akan pastikan dia tidak lagi berkata merendahkan orang lain. Jangan khawatir, Ma. Aku berjanji." Sementara itu, Sinta duduk diam di kursinya, wajahnya pucat. Dia menunduk, bibirnya bergetar, namun tak ada kata-kata yang keluar. Ketakutan mulai menyelimutinya, tetapi dia berusaha men