Edwin menyadari Karina yang tampak gemetar di sampingnya, lalu dengan lembut ia menggenggam tangannya dan menariknya mendekat ke arah Deni, ayahnya, dan Maria, ibunya. "Papa, perkenalkan, ini Karina. Dia kepala penjahit di Rumah Kawin, partner bisnis sekaligus partner hidupku," kata Edwin dengan bangga. Karina tampak kikuk, tidak tahu harus berbuat apa. Edwin menyentuh lengannya pelan, memberi isyarat agar ia memperkenalkan diri. Dengan ragu, Karina menjulurkan tangannya. "Papa kan sudah kenalan dengan Karina saat penyerahan hadiah lomba summer course ke Milan, Win. Mamamu yang belum kenal," kata Deni, tersenyum santai. Maria, dengan anggun, mengulurkan tangannya. Karina tertegun sejenak, terpukau oleh keanggunan dan kecantikan Maria. Wanita itu, meski sudah di usia lewat 60-an, masih