Saat ini aku dan Feronika sedang dalam perjalanan menuju rumah kami. Ya, rumah kami, istana kami. Rumah yang dulu penuh dengan kebahagiaan meskipun ada keterbatasan waktu. Dulu, saat istriku masih hidup. Karena sekarang sudah pasti rasanya akan jauh berbeda dengan tidak adanya cinta pertamaku lagi. Satu nyawa pengisi kebahagiaan dalam rumah sudah pergi. Voni Diandra. Wanitaku, cinta pertamaku, semangat hidupku. Jika tidak ada Feronika, mungkin saat ini aku tidak akan lagi peduli pada hidupku. Dialah wanita yang mengajariku tentang kehidupan. Dia yang mengajariku tentang sebuah kesabaran dalam menerima cobaan hidup. Bagi orang yang tidak merasakan, mungkin aku terkesan jahat. Sangat jahat. Aku seperti tidak memedulikan istri dan bayi kami. Ya, aku tahu perbuatanku itu salah. Namun, aku