Felice dimakamkan. Lagi, Vania kembali menangis. Berulang kali wanita itu nyaris pingsan. Rayhan dan Fachri berdiri sigap sambil memegangi kakak perempuan mereka. Malik berada di liang lahat untuk mengazankan sang putri. Tangisnya tak bisa lagi dibendung. Tujuh belas tahun lalu, saat Felice lahir, ia tak bisa mengazankan. Kini justru ia mengazankan untuk mengantar putrinya ke peristirahatan terakhirnya. Baru mengucapkan Allahuakbar, Vania sadar, bahwa Malik berada di bawah sana. Ia langsung murka. "Pergi kamu dari situ! Kamu tidak pantas berada si situ! Aku tidak akan pernah rela putriku diazankan oleh orang seperti kamu!" serunya. Rayhan langsung menenangkan saudara perempuannya. "Sssttt, tenang, Van ... tenang." "Nggak bisa, Ray. Jangan dia. Tolong jangan dia. Dia yang menyebab