“Sayang, mari.” Alia menyuruh Naswa untuk duduk di lantai seraya bersimpuh di hadapan orang tua mereka. Naswa mengerti dan melakukannya. “Assalamu’alaikum, Nak?” sapa Aljiddah lebih dulu. Semua orang tersenyum dan membiarkan Naswa berkenalan dengan orang penting dalam hidup mereka. Sementara Alia menatap tajam putranya. Tidak, tidak hanya Alia, tetapi semua orang turut menatap tajam Adam hingga pria itu merasa bingung. “Ada apa?” gumamnya dengan suara kecil. Adam merasa menjadi orang yang sangat tersudutkan dengan tatapan mereka. Aljaddu melihat cucu kesayangnnya. “Adam, kemari. Kau sudah lama sekali tidak pulang ke Yaman,” ujarnya sambil menepuk sisi kanannya. Dia tersenyum dan mengangguk. Tidak berniat duduk di sebelahnya, ia ikut bersimpuh sama seperti Naswa. “Kenapa kau baru m

