Setelah pembicaraan mereka, Naswa menangis di kamar seorang diri. Dia meringkuk di ranjang, di bawah selimut. Menangis sepuas-puasnya adalah cara Naswa melepas apa yang ada di hatinya, yang tidak bisa ia luapkan bahkan di hadapan Adam sekali pun. Pria itu sudah membuat keputusan mutlak. Sejujurnya, dia sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Naswa seperti tidak memiliki hak untuk mengambil keputusan sendiri. Padahal, dia dan Adam bukanlah siapa-siapa yang harus terikat satu sama lain. Hanya karena kesalahpahaman yang membuat mereka menjadi terikat. Lalu, dia sendiri merasa gelisah dengan kemarahan Adam akibat perjanjian tertulis yang ia buat. Naswa menangis dan terisak meratapi hal yang belum siap untuk ia hadapi. Namun, sepertinya Adam justru bersikap sebaliknya. Pria itu memang tidak me

