Naswa tidak berani membalas tatapan Adam. Padahal, saat membuat perjanjian baru itu, nyalinya sudah sebesar gunung. Namun, kenyataan justru membuat nyali Naswa ciut. “Ini perjanjian barunya?” tanya Adam masih menatap lekat Naswa. Dia mengangguk, melirik Adam sekilas. Naswa menurunkan pandangan dan enggan berlama-lama membalas mata elang Adam seakan ingin merobek jantungnya. Sebenarnya, Adam hampir menyemburkan tawa membaca isi perjanjian konyol Naswa. Tapi dia harus menahannya demi terlihat serius. “Kenapa?? Apa ada yang lucu??” Dia segera membenarkan suara dan melipat surat itu seperti semula. “Tidak ada yang lucu. Jadi, sungguh ini perjanjian barunya?” Naswa langsung mengangguk polos. “Baiklah. Aku akan merapikan perjanjian ini. Apa perlu memakai materai?” Mata Naswa mengerjap,

