AYAH dan ibuku pulang pukul sebelas malam. Aku nyaris tidak mengetahui kepulangan mereka andaikan Ayah tidak membangunkanku saat tertidur di sofa. “Sedang apa kamu di sini?” “Nungguin Ayah,” sahutku seraya menguap lebar yang membuatnya geleng kepala melihat tingkahku. “Kenapa kamu menungguku? Apakah terjadi sesuatu?” Aku mengangguk. Mengerjap beberapa kali guna menyadarkanku dari kantuk. “Hamil,” ujarku pertama kali yang membuat Ayah sontak mencengkeram lengan atasku. “Ulangi lagi?” “Fisha hamil, lima belas minggu. Aku mau minta bantuan Ayah buat nyari tahu siapa laki-laki itu.” Ayah mendesah panjang dan melepaskanku. “Kupikir kamu sedang hamil,” dengkusnya kesal, “aku akan mencari tahu itu besok. Sekarang pergi ke kamarmu dan tidur yang baik di ranjang. Ayah tidak suka melihatmu tid

