Barang-barang yang Serena butuhkan sudah beralih ke dalam kamar Lucien. Perawatan wajah dan kulitnya tertata rapi berdampingan dengan milik pria itu yang hanya sedikit, bahkan bisa terhitung oleh jari. Sederetan pakaian Serena pun sudah masuk dan berbagi lemari yang sama walau belum semua karena Lucien sudah ingin mengusir semua pelayannya keluar dari kamar itu.
Lucien sudah bersandar di ranjangnya sejak beberapa saat yang lalu, memperhatikan Serena yang berpura-pura sibuk menata ulang barang-barangnya. “Jika kau tidak segera naik ke atas ranjang, aku sendiri yang akan menyeretmu ke sini, Serena.”
Serena menghentikan gerakannya lalu perlahan berbalik menuju ranjang besar itu di mana Lucien sudah duduk dengan tenang, menunggunya. Wanita itu mengenakan setelan tidur dengan motif beruang lucu yang dipilihkan staf rumah tangganya, membuat Lucien geli jika mengingat kelakuan asli wanita itu. “Besok aku akan menyuruh Anne untuk membelikan lingerie untukmu. Pakaian itu tidak cocok kau kenakan.” Ujar Lucien mengedik pada baju tidurnya.
Serena duduk di samping pria itu dan menunduk pada bajunya. “Apa yang salah dengan baju ini?”
“Tidak ada.” Lucien menahan senyumannya dan mengulurkan tangan pada Serena saat berbaring di atas ranjangnya. “Kemari.”
Serena mengikuti perintah suaminya, ia berbaring di dalam pelukan pria itu dengan bingung.
“Aku ingin mengenalmu, Serena.”
Serena menengadah. “Kenapa?”
“Apa maksudmu kenapa? Kau istriku.”
Serena tahu itu tapi ia masih tidak mengerti mengapa kini pria itu harus bersikap berbeda dengan sebelumnya. “Kau tahu, aku tidak akan mengatakan apapun pada ayah jika kau melakukan apa yang biasanya kau lakukan dengan Anne. Lagipula, ayah sendiri yang menyuruhmu seperti itu.”
“Untuk kejadian itu, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud melakukan hal itu jika tahu kau tidak…” Lucien tidak meneruskan kata-katanya khawatir Serena tersinggung.
“Kalau aku tidak gila?” Tanya Serena. “Yah, jangan khawatir. Walaupun aku tidak gila, aku tidak keberatan kau meniduri wanita lain.” Asal jangan didepan mataku, batin Serena. Terakhir kali ia melihat Lucien dan Anne di ruang kerja pria itu, memicu sedikit kemarahan dalam hatinya. Mungkin ia tidak akan merasa seperti itu jika tidak melihatnya secara langsung.
“Aku tidak meniduri wanita manapun, setelah menikah denganmu. Aku bersumpah. Hanya saja, kau tahu, aku juga seorang pria jadi itu adalah satu-satunya jalan untukku.”
Serena menggumam tidak jelas tapi ia tidak mengeluarkan kalimat apapun lagi walaupun Lucien sudah menunggu. “Jadi, kau tidak ingin menceritakan apapun padaku?”
“Mengenai apa?”
“Mengapa semua orang mengatakan kau gila padahal tidak.”
“Mungkin karena aku memang gila.”
“Oh, ayolah Serena. Aku tahu kau tidak gila. Tidak ada wanita gila yang dapat bercinta seperti yang kau lakukan beberapa hari lalu.”
Serena tersipu malu karena diingatkan pada malam liar itu. Malam yang mengubah semua sandiwaranya dan terpenting adalah, ia lah yang menggoda Lucien pada malam itu. Layaknya w************n.
“Bagaimana denganmu? Mengapa kau bersedia menikahiku padahal kau sama sekali tidak membutuhkan kekayaan ayah.” Serena berkali-kali mencari tahu mengenai pria itu sebelum akhirnya mereka menikah. Lucien tidak kekurangan harta sedikitpun. Pria itu sukses dengan usaha propertinya. Banyak bangunan mewah di kota ini yang dimiliki oleh pria itu. Belum lagi, project perusahaannya sudah melanglang buana ke seluruh US. Gedung-gedung terkenal merupakan hasil kerja keras pria itu dan karyawannya. Bagaimana mungkin Lucien mau menikahinya hanya karena dijanjikan harta oleh ayahnya. Pasti ada sebab lain.
“Kau belum menjawab pertanyaanku.”
“Tidak ada yang bisa aku jelaskan padamu.”
Lucien mengusap pipi Serena dengan lembut. “Kau memang berniat menyulitkanku, Serena.”
Serena menatap pria itu meneliti apa Lucien bersungguh-sungguh dengan ucapannya atau hanya bercanda tapi ia hanya menemukan tatapan lembut dari pria itu. Pria seperti ini, tidak mungkin tertarik pada dunia kelam ayahnya, bukan? Serena bertanya-tanya dalam hatinya.
“Baiklah. Setelah aku mengatakannya, kau akan menjelaskan semua cerita mengenai dirimu. Dari awal. Setuju?” Lucien berpikir tidak ada gunanya menyembunyikan tujuan awal ia menikahi Serena. Saat ini Serena sudah berkompromi dengannya, hubungan mereka membaik walau belum bisa dikatakan seperti sepasang suami istri pada umumnya. “Aku mencari seseorang. Atau mungkin sekelompok orang. Sejak beberapa tahun yang lalu dan aku tidak bisa menemukan mereka tanpa bantuan organisasi hitam atau katakanlah mafia, ayahmu memiliki akses terbesar untuk membawaku pada orang yang kucari.”
“Mengapa kau tidak bertanya pada polisi?”
“Sudah. Tidak ada satupun dari mereka yang dapat memberikanku jawaban. Saat penegak hukum tidak bisa memberi jawaban, hanya ada satu cara untuk mencarinya. Kemungkinan terbesar mereka adalah salah satu dari kelompok mafia karena jejaknya tidak dapat terlacak polisi sekalipun.”
“Kau tidak perlu repot-repot menikahiku. Minta saja ayah untuk mencarikan orang yang kau cari.”
“Kau pikir ayahmu orang yang dermawan, Serena?” Lucien menatap Serena geli. Gadis itu jelas tidak mengenal siapa ayahnya, pikir Lucien.
Serena mengedikkan bahu tidak membantah apapun.
“Antonio tidak akan memberikan apapun atau menolong siapapun secara gratis maka aku menerima pernikahan ini saat Antonio menawarkanku untuk mengurus anggotanya setelah menikahimu.”
Serena terdiam sebentar untuk mencerna jawaban Lucien. Ia tidak bisa menyalahkan Lucien untuk itu. Pria itu hanya mencari kesempatan untuk memecahkan masalahnya. Ayahnya lah yang seharusnya ia salahkan. Ayahnya dengan sengaja tega menukar anaknya demi keberlangsungan klannya. “Siapa yang kau cari?”
“Pembunuh ibu dan tunanganku.”
“Ibumu sudah meninggal?” Serena terkejut mendengar jawaban Lucien. Selama ini ia memang menyadari bahwa kedua orangtua Lucien tidak menghadiri pernikahan mereka namun awalnya Serena mengira itu terjadi karena Lucien mungkin saja malu bahwa ia menikahi seorang wanita gila tapi ia tidak menyangka bahwa ibu pria itu sudah meninggal. “Bagaimana dengan ayahmu?”
“Ayahku sudah meninggal saat aku masih kecil.”
Serena menangkup tangan Lucien. “Aku turut berduka. Aku tidak tahu bahwa selama ini kau hanya sendirian. Dan tunanganmu juga meninggal di hari yang sama dengan ibumu?”
Lucien mengangguk. “Satu minggu sebelum pernikahanku dengannya saat kami berlibur di Panama.”
“Kejadiannya sudah lama?”
Lucien menggeleng dengan senyuman pedih di wajahnya. “Tiga tahun yang lalu. Mereka berdua ditembak oleh b******n keji itu setelah disiksa sekujur tubuh.”
Serena mengerjap mendengar kalimat terakhir dari pria itu. Bahunya lemas dan beruntung ia saat ini sedang terbaring di atas ranjang. Jika tidak, Serena yakin ia akan jatuh tersungkur ke lantai saat mengetahui kemungkinan bahwa bisa saja orang yang dicari Lucien selama ini adalah ayahnya. Dan bisa jadi dua wanita yang dibunuh oleh Antonio tiga tahun lalu adalah ibu dan tunangan Lucien.
Tangan Serena gemetar saat mengingat kejadian tiga tahun yang lalu di Panama, Florida. Saat Serena membuntuti ayahnya karena ingin menangkap basah ayahnya yang ia kira memiliki hubungan gelap dengan seorang wanita. Ayahnya suka sekali pergi ke Panama di akhir pekan. Sejak lama Serena mencurigai bahwa Antonio mungkin saja pergi dengan wanita lain, wanita yang akan menggantikan ibunya. Walaupun sejak kematian ibunya, Serena tidak pernah sekalipun melihat Antonio membawa wanita lain ke rumahnya namun bukan berarti ia akan percaya bahwa ayahnya tidak menjalin hubungan dengan siapapun.
Jadi pada suatu malam, ia mengikuti ayahnya pergi ke tempat yang biasa ia kunjungi di Panama. Sebuah vila namun apa yang ia lihat di sana menghancurkan dunia Serena dengan seketika. Dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat ayahnya menodongkan pistol pada dua wanita yang tengah bersimpuh di hadapannya. Kedua wanita itu sudah terluka sebelumnya. Wanita yang lebih muda menangis histeris sedangkan yang lebih tua memohon pada ayah untuk melepaskan mereka berdua. Namun Serena melihat ayahnya tertawa. Tertawa dengan bahagia, lalu dalam hitungan detik pria itu melepaskan tembakan pada kedua wanita itu.
Dengan tangis yang tertahan, Serena mengendap-endap untuk pergi dari sana dan bersembunyi selama berhari-hari. Ia merasa bahwa dirinya sudah tidak mengenali ayahnya lagi. Ia tahu Antonio adalah ketua mafia sejak ia masih kecil namun sekalipun ia tidak pernah melihat Antonio mengambil nyawa seseorang. Ibunya selalu berkata, walaupun ayahnya adalah mafia namun ayahnya itu bukan orang yang jahat. Namun kini Serena tahu bahwa itu semua hanya dongeng yang dibuat oleh ibunya.
Antonio jelas-jelas membunuh kedua wanita itu tanpa belas kasihan. Dan yang Antonio bunuh adalah ibu dan tunangan Lucien, yang kini menjadi suaminya.