Sila masih terus mengemudi dengan wajah bersimbah air mata. Sebelah tangan ia gunakan untuk mengusap mata yang terus tergenang cairan bening tersebut. Dia sedang patah hati. Patah hati terbesar yang ia rasakan karena seorang pria, Hubungannya dengan Alle berakhir buruk. Sungguh, Sila tidak pernah membayangkan akan benar-benar kehilangan pria itu—disaat hatinya sudah mantap untuk menerima pinangan pria itu. Disaat ia sudah bisa berdamai dengan masa lalunya, dan menekan trauma yang selama ini menghalangi langkahnya bersama Alle. Kepalanya menggeleng. Rencana yang sudah ia siapkan untuk meraih kembali pria itu ke dalam dekapannya—hancur berantakan. Kenyataan yang didapatinya—menyakiti hatinya. Terlalu dalam. Tuduhan Alle yang menurutnya tidak berdasar, menghancurkan harapannya. Sila meraung