Sila berkali-kali menggelengkan kepala, rasanya gadis itu masih kesulitan memahami apa yang terjadi padanya dalam satu jam terakhir, hingga kini ia harus berada di dalam mobil Alle dengan tujuan yang bukan rumahnya tentu saja. Ia mendesah, lalu kepalanya menengok ke samping. Alle melirik sang kekasih sekilas, ketika dari ekor mata mendapati pergerakan wanita itu. Ia masih harus fokus dengan jalanan yang cukup padat. “Kita makan di rumah Mama saja ya, sayang?” Alle khawatir sang kekasih sudah lapar saat mengingat bagaimana Sila memakan burgernya beberapa waktu lalu. “Aku nggak lagi pengin makan makanan…” Sila menjeda kalimatnya, mengamati wajah Alle dari samping, yang tetap saja tampan berapa kali pun ia melihatnya. Ughh… dia mendesah dalam hati—kenapa kekasihnya itu masih saja terlihat b