Alle menjatuhkan tubuh ke lantai. Dengan nafas yang masih memburu, pria itu terlentang di atas lantai yang pastinya terasa dingin. Nyaris 2 jam ia memaksa tubuhnya untuk terus bergerak, dan melepaskan tinjunya. d**a pria itu naik turun dengan cepat. Sepasang matanya nyalang menyorot langit-langit ruangan. Menoleh ke samping, seorang pria dengan keringat tak kalah banyak darinya juga masih terlihat kesusahan mengatur nafas yang memburu. Beberapa saat keduanya hanya sibuk mengembalikan hela nafas secara normal. “Lo ada masalah apa sebenarnya?” Alle hanya diam mendengar pertanyaan dari pria di sampingnya. “Gue tahu, gue bukan teman lo. Jadi wajar lo nggak mau cerita sama gue. Tapi lo punya sahabat, Al. dan gue lihat lo butuh tempat bercerita—atau lo akan jadi gila.” Alle memutar kepala ke sa