Samuel dia menatap pada Lerina yang memakai gaun pertunangan mereka. Dia akui kalau Lerina sangat cantik sekali, dan kecantikan Lerina tak bisa dikatakan dengan kata-kata. Dan siapa pun akan terpukau olehnya. Namun Samuel masih belum bisa tergoda dan tertarik pada Lerina.
Untuk tergoda ada. Dirinya ingin mencicipi bibir Lerina, dan membuat bibir tipis itu bengkak dan Lerina yang mendesah di bawah kekuasaan dirinya. Namun dia melihat pada bodyguard Lerina hari ini. Lorens yang mengikuti dirinya dan Lerina ke sini, dan tidak membiarkan dirinya dan Lerina berduaan saja.
“Kau suka dengan gaun ini?” tanya Samuel pada Lerina.
Lerina yang mendengar pertanyaan Samuel mengangguk, dirinya suka dengan gaun yang dikenakan oleh dirinya sekarang. Karena sangat cantik sekali. Dan juga pas di tubuhnya. Tubuhnya kelihatan seksi dengan memakai ini.
“Ya, aku suka dengan gaun ini,” jawab Lerina tersenyum manis pada Samuel.
Samuel mendengarnya ikut tersenyum. Tapi hanya sebuah senyuman tipis dan tidak dilihat oleh Lerina. Dirinya kembali duduk di sofa dan memiringkan senyuman sinis pada Lorens. Ntah kenapa lelaki itu mengikuti dirinya sebegininya.
Padahal dirinya tidak akan menyakiti Lerina dirinya, akan menjaga Lerina. Karena dia tahu, kalau dirinya sampai menyakiti Lerina. Maka dirinya akan dihajar oleh ayahnya dan juga ayah Lerina sendiri. Dan dia memilih untuk berada di titik aman. Yaitu, tetap berperilaku baik pada Lerina dan tetap diam dengan gadis itu walau rasanya dia sangat malas sekali.
“Kau tidak memiliki kegiatan lain selain mengikutiku ke sini bersama dengan saudara perempuanmu?” tanyanya dengan senyuman sinisnya.
Lorens yang mendengarnya mengulum senyum sinisnya, dia tidak akan membiarkan saudaranya berlama-lama dengan lelaki b******n seperti Samuel ini. karena Samuel tidak dapat dipercaya sama sekali, dan bisa saja lelaki itu menyakiti saudara perempuannya dan membuat saudara perempuannya menangis nantinya.
“Aku tidak akan pernah percaya padamu, kau itu lelaki penjahat dan akan menyakiti saudaraku,” ucap Lorens dingin.
Lorens tadi sudah membicarakan ini dengan Levin, dan pria itu menyetujui usulan dirinya untuk mengikuti kemanapun Lerina dan Samuel pergi. Dan dia harus menebalkan kupingnya karena mendengar kemarahan dari saudara perempuan itu.
Yang tidak mau diikuti oleh dirinya. Dia karena sayang pada Lerina, makanya dia mengikuti Lerina, dan tidak mau Lerina kenapa-napa, dan malah membuat Samuel sesuka hati untuk menyakiti saudara perempuannya itu.
“Kita beli yang tadi saja,” ucap Lerina berdiri di depan Samuel dengan senyuman manisnya.
Samuel yang mendengarnya mengangguk, dan dirinya memanggil pegawai butik itu dan menyuruh pegawai itu untuk membungkus gaun-gaun yang dicoba oleh Lerina tadi. Bukan tanpa alasan dirinya melakukan itu.
Calon tunangannya ini dari keluarga kaya raya dan memiliki semuanya, dan dia tidak mau kelihatan miskin di mata keluarga Lerina apalagi orang tua Lerina. Dia harus bisa mengimbangi dan membuat orang tua Lerina semakin sayang padanya.
Lorens yang melihat itu mencibir, dirinya mengejek Samuel yang ingin terlihat kaya raya. Walau memang lelaki itu kaya raya. Tapi tidak sekaya dua kakak lelakinya. Dan bahkan perusahaan Samuel masih dibawah mereka.
“Cih, kau memnjadi orang sombong sekarang. Lerina bahkan bisa membeli butik ini langsung, kau tidak perlu untuk membelikan semua gaun yang dicoba oleh saudaraku itu,” ucap Lorens.
Lerina yang mendengar perkataan adiknya langsung menatap adiknya dengan tatapan tajam, dirinya tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh adiknya ini. yang mana Samuel tidak akan mungkin mau menyombongkan diri.
“Lorens! Jaga bicaramu! Kalau kau hanya ingin berkata kasar pada Samuel lebih baik kau pulang sekarang! Atau kau mencari kegiatan lain dari pada hanya mengikuti aku dan Samuel.” Kata Lerina, dirinya mengusir adiknya untuk pergi dari sini.
Lorens mendengarnya menghela napasnya kasar, dan dia segera berdiri dari tempat duduknya. Dan dia menatap tajam pada Samuel, dia ingin sekali menghajar lelaki ini sekarang juga, namun dia tahu kalau nanti dia lagi yang akan kena marah bukan Samuel. Memang lelaki menyebalkan dan j*****m.
“Kau akan mati di tanganku, kalau kau berani menyakiti saudaraku,” ucap Lorens dan pergi dari sana, membuat Lerina meringis.
Lerina menatap Samuel dengan tatapan penuh bersalahnya, dia sungguh tidak tahu, kalau adiknya akan berkata seperti itu pada Samuel. Padahal sudah sering kali Lerina bilang di rumah, kalau Samuel tidak pernah menyakiti dirinya. Dan bahkan dia yang terus mengejar Samuel. Bukan Samuel yang mengejar dirinya.
“Maafkan, adikku. Dia memang seperti itu.” Ucap Lerina meminta maaf pada Samuel.
Samuel yang mendengarnya mengangguk, dia tidak masalah dengan itu semuanya. Lagian wajar kalau Lorens curiga padanya, dia memang tidak baik dan tidak mencintai Lerina. Dia hanya mau Lerina jadi pendampingnya bukan orang yang dicintai oleh dirinya.
“Tidak masalah. Aku tidak merasa tersingung atau marah sama sekali,” ucap Samuel mengedikkan bahunya.
Lerina yang mendengar apa yang dikatakan oleh Samuel tersenyum. Dia memeluk Samuel dan mengecup pipi Samuel secepat kilat. Samuel yang mendapatkan kecupan dari Lerina menyungingkan senyumannya, dan dia berjalan mengambil belanjaan Lerina.
“Kita makan sekarang,” ucap Samuel menarik tangan Lerina untuk keluar dari dalam butik ini. Lerina mengangguk dan mengikuti Samuel untuk masuk ke dalam mobil. Dirinya tersenyum dengan apa yang dilakukan oleh dirinya di dalam butik tadi. Dia tidak menyangka kalau dirinya akan berani melakukan itu pada Samuel.
Samuel menoleh pada Lerina, dirinya tertawa kecil dengan apa yang dilakukan oleh Lerina tadi. Dia bukan merasa tertarik pada Lerina. Dia hanya tidak menyangka, kalau gadis itu akan berani melakukan itu padanya. Padahal selama ini, Samuel selalu bersikap dingin pada Lerina, dan dia tidak pernah menunjukkan sikap lembutnya kecuali di depan orang tua Lerina.
“Kau mau makan dimana?” tanya Samuel pada Lerina.
Lerina yang ditanya tampak berpikir sebentar, dan dirinya menimbang akan makan dimana. Dia mau makan makanan yang ringan saja. “Kita ke kafe yang ada di ujung jalan sana saja, aku mau makan roti di sana. Roti di sana sangat enak,” jawab Lerina.
Samuel mendengar itu mengangguk, dan dirinya mulai melajukan mobilnya menuju ke kafe yang disebutkan oleh Lerina. Dia memakirkan mobilnya di depan kafe, dan menatap pada orang-orang yang ada di dalam kafe yang semuanya diisi oleh anak remaja.
Dia berdecih dalam hatinya. Kenapa mereka harus ke sini? Bukankah di sini untuk anak-anak remaja? Dan dirinya tidak mau berkumpul dengan anak-anak remaja di dalam sini.
Lerina memerhatikan ekspresi Samuel. Sepertinya Samuel tidak senang dengan datang ke sini, padahal semua makanan di kafe ini sangat enak sekali. Dan dirinya sangat suka dengan makanan di kafe ini. Dia sering datang ke sini walaupun sendirian, namun melakukannya secara sendirian sangat menyenangkan baginya.
“Kau tidak suka?” tanya Lerina.
Samuel menatap pada Lerina dan dirinya menggeleng, dia turun dari dalam mobil dan tidak mengatakan apa pun pada Lerina. Lerina yang melihat Samuel turun, dia ikut turun dan dia berlari kecil untuk mengejar Samuel.
“Kau suka datang ke sini atau tidak?” tanya Lerina.
Samuel yang mendengarnya hanya diam dan tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Lerina pada dirinya. Lagian untuk apa dirinya menjawab pertanyaan dari Lerina. Hal itu tidak bermutu sama sekali. Suka atau tidaknya dia ke sini mereka sudah di sini, untuk apa lagi bertanya padanya. Tidak penting bertanya padanya. Lebih baik mereka masuk saja dan duduk dan makan di sini.
Lerina yang merasa pertanyaannya tidak dijawab, dirinya langsung cemberut dan menghela napasnya beberapa kali dan dirinya duduk di depan Samuel yang memanggil pelayan dan memesan makanan mereka.
Lerina harus tahan-tahan dengan sifat Samuel yang seperti ini. kuatkanlah dirinya.