Bab 09. Makan Siang

2100 Kata
Lerina menatap pada beberapa undangan yang ada di depannya, dan sekarang Samuel berada di depannya dengan memberikan beberapa undangan padanya untuk dipilih oleh Lerina. Gadis itu bingung harus memilih undangan yang mana, karena dirinya tidak bisa memilih salah satunya. “Kau harus memilihnya. Ibuku menyuruh untuk kau memilihnya,” kata Samuel tanpa niatnya sama sekali. Kalau bukan disuruh oleh ibunya, dia mana sudi untuk menyuruh Lerina memilih beberapa undangan ini. Lebih baik dirinya pilih secara acak saja. Lerina mendengarnya tersenyum tipis, dia merasa sedih, karena bukan Samuel yang ingin dia memilih undangan ini. ternyata semuanya karena ibu pria itu, yang ingin dirinya memilih undangan ini. Samuel mengangkat sebelah alisnya, karena melihat Lerina tidak kunjung untuk memilih undangan ini, atau gadis itu tidak mau memilihnya? Kenapa? Karena bukan Samuel yang menginginkan? Cih! Dia tidak sudi melakukan itu, nanti malah Lerina besar kepala, dan menyangka dirinya sudah menerima gadis itu dalam hidupnya. “Cepatlah pilih! Aku harus pergi sekarang.” Kata Samuel menyuruh Lerina untuk cepat memilihnya, dan jangan membuat dirinya menunggu di sini terlalu lama. Dirinya masih memiliki banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan olehnya. Dan dia tidak bisa terus-terusan menunggu Lerina hanya memilih undangan saja. Dia harus segera memberikan pada percetakan. Karena pertunangan mereka akan dilaksanakan bulan depan. Lerina menunjuk pada undangan berwarna putih dan dihiasai oleh beberapa warna gold yang membuat kesannya lebih simple namun elegant. Samuel yang melihatnya mengangguk, dan dirinya memasukkan undangan itu ke dalam tasnya. Dan selebihnya dia tinggalkan saja di sini. Lagian percetakan itu tidak akan berani marah padanya, atas apa yang dilakukan oleh dirinya. “Aku akan balik ke perusahaan sekarang,” ucap Samuel hendak berdiri, namun niatnya dia urungkan melihat Alex dan Claire berjalan memasuki rumah. Dirinya harus bersikap baik di depan calon mertuanya bukan? Dan dia tidak boleh melihatkan keengganan dirinya untuk melakukan pertunangan dengan Lerina. “Mama! Papa!” ucap Samuel sopan. Alex dan Claire tersenyum melihat pada Samuel. Keduanya memeluk Samuel bergantian, dan Levin sekaligus Lorens yang melihat itu berdecak. Mereka tidak suka dengan melihat kedatangan Samuel di dalam mansion mereka. Mata mereka tertuju pada undangan yang bertumpuk di atas meja. “Undangan siapa itu?” tanya Lorens. Lerina menatap pada adiknya dan dia tersenyum pada adiknya itu. “Itu contoh undangan. Samuel ke sini tadi mau Lerina yang pilih sendiri undangan pertunangan kami,” ucap Lerina tersenyum manis. Samuel tersenyum senang mendengar apa yang dikatakan oleh Lerina, gadis itu semakin membuat namanya baik di depan orang tua gadis itu. Dan pastinya dirinya semakin direstui oleh orang tua gadis itu. “Iya, tadi aku ke sini menyuruh Lerina untuk memilih undangan ini. Dan dia sudah memilihnya. Pilihan Lerina sangat baik sekali. Dia tidak pernah salah memilih,” ucap Samuel sangat terpaksa mengatakan ini, padahal dia tidak mau memuji Lerina. Dirinya melirik pada Lerina, dan dia langsung berdecak pelan, melihat wajah Lerina yang berseri akibat dirinya memuji gadis itu tadi. Ini paling malasnya kalau dia memuji Lerina, gadis itu akan sombong dan akan gelinjangan setelahnya pada dirinya. Tapi, kalau dirinya tidak memuji Lerina di depan orang tua gadis itu. Maka dirinya disangka tidak tertarik pada Lerina. “Terus sekarang kamu mau kemana?” tanya Claire lembut. Samuel tersenyum mendengar pertanyaan dari Claire pada dirinya. “Setelah ini Samuel mau balik ke perusahaan lagi, Ma. Soalnya masih banyak pekerjaan di sana.” Jawab Samuel sopan dengan nada lembutnya. Levin dan Lorens mau muntah mendengar nada lembut dari pria itu. Pria itu sangat pandai sekali untuk membual. Mereka sudah sangat ingin membuat Samuel babak belur dan tidak mengambil hati orang tua mereka dengan seolah memuja Lerina. “Jangan pergi dulu Samuel. Kamu lebih baik makan dulu di sini. Mama sudah masak banyak tadi, ini Lerina nggak ajak kamu makan juga!” ucap Claire menegur putrinya. Lerina yang ditegur oleh ibunya langsung mengerucutkan bibirnya, dia bukannya tidak mau mengajak Samuel makan di sini. Tapi, dia takut kalau Samuel akan menolaknya, dan malah dia marah pada Lerina nanti. Lerina tidak mau Samuel marah padanya. “Jangan marahi Lerina, Ma. Bisa saja Samuel tadi tidak bisa makan di sini, dan dia buru-buru untuk ke perusahaan,” ucap Levin merasa kasihan melihat saudara kembarnya kena marah oleh lelaki sialan itu. Tidak ada yang boleh memarahi Lerina yang penyebabnya Samuel. Dia tidak akan mau membuat Lerina semakin bersalah. Seolah dia bukan calon tunangan yang baik. Padahal Samuel itu bukan yang terbaik untuk Lerina. Claire tersenyum dan mengangguk, dia tidak marah pada putrinya. Dia hanya bercanda saja mengatakan itu. Dan dia ingin Samuel dan Lerina itu semakin dekat dan jangan cangung satu sama lain. Mereka sebentar lagi akan bertunangan. “Ya, Mama tidak marah pada Lerina. Samuel kamu mau, ‘kan makan siang di sini?” tanya Claire. Samuel mendengarnya mengangguk, dirinya tak mungkin menolaknya. Karena Claire ini sudah seperti ibunya sendiri. Namun sayang saja, karena keluarga mereka bersahabat dan sangat sangat dekat layaknya saudara. Dia harus bertunangan dengan Lerina—gadis yang tidak dicintai olehnya sama sekali. Hanya gadis itu yang mencintai dirinya. Memang susah untuk menolak pesona dirinya, sudah banyak orang yang ingin menjadi kekasihnya, namun Samuel selalu menolak mereka semuanya, dia tidak mau berhubungan dengan wanita-wanita itu. Untuk menjalin hubungan dengan Lerina saja, dirinya sangat terpaksa sekali, karena dirinya harus memikirkan kebahagiaan ibunya. Dan kebahagiaan ibunya ada pada Lerina—yang harus menjadi tunangan Samuel dan nanti akan menjadi istri Samuel. Dan dia mendadak mengajak Lerina untuk mau bertunangan dengan dirinya. Dan dia memaksa perempuan itu. Yang untungnya sekarang Lerina sangat menerimanya. Hah! Dia sudah menebak ini dari awal sebenarnya, dan dia tidak perlu membuang tenaga banyak untuk menjadikan Lerina tunangannya. “Ayo, kita makan siang. Dan jangan berdiri saja. Kalau kalian berdiri saja di sini, kapan kita makannya?” tanya Alex dan memeluk tubuh Lerina, dan membawa putrinya untuk ke ruang makan. Levin dan Lorens yang berdiri di belakang Samuel, dengan kejam mereka menendang kaki Samuel dari belakang. Membuat Samuel hampir terjatuh. Samuel menatap tajam pada keduanya, dan dia tidak berani untuk melawan mereka sekarang, karena dia harus menjadi anak yang amat baik di depan Alex dan Claire. Sehingga kedua orang itu selalu memuji dirinya, karena dia bersikap baik dan penuh sopan santun. Samuel duduk di samping Lerina, melihat gadis itu mengambilkan makanan untuk dirinya, dan memberikan pada Samuel. Samuel mengambil piring itu dan mulai memakannya. Masakan dari Claire memang selalu enak. Dirinya tidak pernah merasakan masakan seenak ini. Bahkan masakan ibunya saja kalah oleh masakan Claire. Dirinya makan dengan lahap, membuat Claire yang melihatnya sangat senang sekali. Dia dari dulu selalu suka melihat Samuel memakan masakannya dengan lahap. Sayang saja anaknya Mark dan Jelie tidak ada sini. Dan juga anaknya Erick dan Yunna. Mereka berada di Korea Selatan. Mereka mulai menetap di sana, semenjak Jeslin meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Claire hanya bisa menghubungi mereka lewat ponsel, dan dirinya sesekali akan bercanda dengan mereka kalau mereka melakukan sambungan video call. “Kalian itu sangat serasi sekali. Kalian kalau punya anak nantinya, pasti sangat tampan dan cantik.” Ucap Claire, dan sudah tidak sabar melihat keduanya menikah dan memberikan dirinya cucu. Alex mendengarnya mengangguk, dia juga ingin memiliki cucu secepatnya. Untungnya istri Lionel sedang hamil sekarang, dan dia juga ingin cucu dari ketiga anaknya ini. Anak kandungnya yang amat disayangi olehnya. Bukan berarti dia tidak menyayangi Lionel. Malahan dia sangat menyayangi Lionel. Anak yang sudah dia rawat dari bayi dan sampai sekarang. Melihat Lionel tumbuh dengan baik, membuat dirinya sangat senang, dan dirinya ingin hidup Lionel lebih baik lagi, dan menjadi anak yang sangat disayang oleh semuanya. Dan itu berhasil. Dan sekarang anaknya Lionel yang akan disayang oleh semuanya. “Papa ingin kalian segera menikah saja dibanding bertunangan. Papa ingin memiliki banyak cucu, karena Papa sudah tua, dan bisa saja umur Papa nggak panjang lagi.” Ucap Alex membuat semua yang di meja itu menatap Alex dengan tatapan marah mereka. Mereka tidak mau Alex berkata seperti itu. “Pa! Jangan berkata seperti itu! Papa tidak akan meninggalkan kami dalam waktu dekat, Papa akan melihat kami menikah dan memiliki keluarga!” ucap Levin, dia tidak bisa membayangkan kedua orang tuanya meninggalkan dirinya. Atau salah satu mereka pergi. Dia tidak mau itu terjadi. Alex tersenyum mendengarnya dan dia tertawa kecil. “Setiap manusia akan mati Levin. Kau tahu kematian itu lebih pasti dibanding apa pun, dan Papa tidak bisa melakukan negosiasi pada malaikat maut, untuk tidak menyabut nyawa Papa,” ucap Alex. “Tapi, tetap saja Papa tidak boleh berkata seperti itu! Kami tidak mau Papa pergi dengan cepat,” kata Lorens. Alex tertawa kecil. “Sudah makan saja sekarang. Kita harus membuat suasana makan menyenangkan bukan? Karena di sini ada Samuel sekarang. Dia akan menjadi keluarga kita sebentar lagi. Dan nama belakang Lerina tidak Avander lagi nantinya,” kata Alex. Dia sungguh tidak siap sebenarnya melihat putrinya cepat menikah. Namun kalau yang menikahi putrinya adalah Samuel, dirinya sangat siap. Dia sudah mengetahui Samuel dari kecil, dan Samuel adalah anak sahabatnya. “Kami tidak menganggap dia ada.” Ucap Levin. “Levin! Kamu tidak boleh berkata seperti itu! Mama tidak pernah mengajarkan dirimu untuk berkata seperti itu!” tegur Claire. Levin mendengarnya memutar bola matanya malas, lalu dirinya melihat pada Samuel yang tersenyum sinia pada dirinya. Ya, dia tidak akan berkata seperti itu lagi pada Samuel, dirinya akan bersikap baik pada Samuel. Dan kalau perlu dirinya memuji lelaki itu, yang akan menjadi tunangan dari adiknya. “Maaf. Levin tidak akan berkata seperti itu lagi pada calon menantu Mama,” ucapnya tersenyum sinis pada Samuel. “Kamu sudah mengenal Samuel dari kecil, dan kamu tahu sendiri, bagaimana baiknya seorang Samuel. Sehingga Mama dan Papa sangat yakin sekali untuk memberi restu pada Samuel, untuk bertunangan dengan Lerina.” Kata Claire. Levin mendengarnya tersenyum tipis, dirinya sungguh sudah lelah mengatakan pada ayah dan ibunya, kalau Samuel itu bukanlah lelaki baik. Dia memiliki topeng untuk mengelabui ayah dan ibunya agar terlihat baik. “Mama dan Papa tidak usah marah pada Levin. Lagian Levin wajar bersikap seperti itu, karena dia sangat melindungi Lerina. Lerina itu anak perempuan satu-satunya di keluarga ini, yang pastinya dia akan menjadi Tuan Puteri, dan sungguh dijaga.” Ucap Samuel kembali memasang topeng untuk menarik perhatian, dan bersikap baik. Claire sungguh bangga sekali dengan pemikiran Samuel ini, dia sangat tidak sabar melihat putrinya, menyandang status sebagai istri Samuel. Yang mana hidup putrinya akan penuh dengan kebahagiaan yang diberikan oleh Samuel pada dirinya. Lerina tidak akan pernah merasakan seperti apa yang dirasakan oleh Claire dulunya. Dimana Claire harus pergi dari hidup Alex karena kedatangan perempuan lain, dan Alex menikahi perempuan itu. Sejauh apa pun dirinya pergi, dirinya tetap kembali pada Alex. Dan menjadi istri pria itu. Dan sekarang rumah tangganya dengan Alex sangat bahagia sekali, dan seluruh dunia bahkan sekarang sangat iri melihat kebahagiaan rumah tangga mereka. “Ah, kau sangat baik sekali Alex. Padahal anak Mama sering menyakiti dirimu,” ucap Claire, menatap tajam pada Lorens dan Levin. Kedua pemuda itu selalu melontarkan kata-kata yang sangat pedas pada Samuel. Levin dan Lorens mendengkus, dan selera untuk mereka makan seakan menghilang sekarang, karena mendengar apa yang dikatakan oleh ibu mereka. Padahal mereka itu sengaja seperti itu, agar Lerina tak tersakiti. Malah mereka dikira sangat jahat. “Ma! Kami punya alasan sendiri untuk berlaku seperti itu. Dia itu tidak sebaik ayahnya! Dia itu seorang yang kejam dan pandai menipu. Dia itu pria yang tidak memiliki hati.” Kata Lorens. Alex mendengarnya menatap tajam pada kedua putranya. “Jaga bicara kalian! Papa tidak pernah mengajarkan kalian untuk seperti itu. Samuel itu anak baik, Papa sudah mengenalnya dari dia masih bayi sampai dia sebesar sekarang,” ucapnya. Lorens dan Levin menghela napas mereka kasar, dan menatap pada Lerina yang menggeleng pada mereka. Lerina tidak tahu, kenapa kedua saudaranya ini sangat membenci Samuel. Padahal Samuel itu baik sekali. Dan selalu saja bersikap baik pada keluarga mereka. Dan kalaupun Samuel bermain wanita, itu karena Lerina dan Samuel belum resmi bertunangan. Dan kalau nanti mereka resmi bertunangan dan menikah. Maka Samuel akan berubah dengan sendirinya, dia tidak akan pernah bermain wanita lagi. “Terserah Mama dan Papa saja. Kami permisi dulu, kami sudah kenyang,” ucap keduanya dan beranjak dari sana. Dan mereka meninggalkan ruangan makan dengan perasaan dongkol mereka pada Samuel. Mereka bisa melihat Samuel yang tersenyum sinis pada mereka tadi, dan juga senyuman penuh kemenangan pada mereka. Mereka semakin membenci pria itu, dan ingin menghajar pria itu sekarang juga. Dan membuat pria itu sekarat di rumah sakit, namun mereka tak bisa melakukannya. Mereka berdua nantinya yang akan kena marah oleh orang tua mereka, karena telah menghajar Samuel. Jadinya mereka harus menahannya. Dan jangan melakukan tindakan yang gegabah. Seperti kata Lionel mereka harus memperhatikan Samuel dari jauh. Dan bertindak ketika sudah waktunya nanti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN