Lerina masih menunggu Samuel dengan menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul Sembilan malam, dan pria itu belum ada tanda-tanda akan datang ke mansion orang tua Lerina. Bahkan Lerina sudah mencoba untuk menelepon Samuel, namun pria itu dari tadi tidak menjawab panggilan telepon Lerina. Ntah kemana pria itu.
Lorens dan Levin yang melihat saudara perempuan mereka gelisah, menghela napas kasar mereka. Mereka tahu Lerina sedang menunggu lelaki sialan itu untuk kemari. Dan lelaki sialan itu tidak akan pernah kemari.
Lerina sudah kena tipu oleh lelaki sialan itu. Lerina seharusnya tidak menunggu pria itu dengan terus melihat jam dinding. Dan merasa gelisah dengan memegang ponselnya. Lelaki sialan itu tidak akan datang kemari menemui Lerina. Malahan lelaki itu sudah bersenang-senang di klub malam dengan menyewa beberapa wanita yang akan memuaskan dirinya malam ini. kakaknya sungguh bodoh. Mau saja kena tipu oleh lelaki itu.
“Kau duduklah. Dia tidak akan datang mala mini. Walaupun dia datang, dia hanya akan mengatakan kata-kata pedas padamu. Aku tidak mau kau tersakiti Lerina! Kau itu saudara perempuan yang amat aku sayangi. Aku ingin selalu kau bahagia, dan bukannya menunggu pria pengecut dan tidak jelas itu!” ucap Lorens.
Lerina yang mendengarnya mengepalkan tangannya. Adiknya kurang ajar sekali berani menghina Samuel di depan dirinya. Padahal dirinya yakin sekali, kalau Samuel akan berubah dan tidak akan mengatakan kata-kata pedas pada dirinya. Walaupun pertunangan dirinya dengan Samuel ditunda, karena orang tua mereka sama-sama sibuk. Namun dirinya yakin, kalau Samuel nantinya akan menjadi jodoh sejatinya. Dan tidak akan pernah tergantikan oleh siapa pun.
“Jaga bicaramu Lorens! Dia tidak akan seperti itu. Dan kau tahu, kebahagiaan yang aku inginkan? Aku hanya mau bersama dirinya. Dan tidak mau bersama dengan orang lain. Aku hanya akan selalu bersamanya, dan berbahagia bersamanya.” Kata Lerina.
Lorens yang ditegur oleh kakaknya, mengepalkan tangannya. Kakaknya ini buta atau apa. Tidak pernah melihat dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh dirinya dan Levin. Dan tetap saja dia ingin selalu menyadarkan kakaknya ini. tidak mau kakaknya menangis kemudian hari.
“Kak! Kau harus sadar! Aku dan Kak Levin itu, hanya mau yang terbaik untuk dirimu. Kami berdua tidak mau kau tersakiti. Apalagi oleh lelaki b******k itu. Kau bisa melihat sendiri bukan? Kalau dia sering tidur dengan berbagai macam wanita dan tidak pernah bosan meniduri wanita-wanita itu.” Katanya dan mau beberapa langkah dan memegang pundak kakaknya.
Lerina mendengarnya menggeleng dan menyingkirkan tangan Lorens darinya. Dia tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh adiknya. Dia pergi dari hadapan Lorens, membuat Lorens mengepalkan tangannya dengan apa yang dilakukan oleh kakaknya itu. Padahal niatnya sangat baik sekali. Dirinya hanya mau kakaknya mendapatkan yang terbaik. Bukannya seorang b******n.
Levin yang mendengarkan pertengkaran kecil itu tadi. Berjalan menuju adiknya, dan menepuk beberapa kali pundak adiknya dan tersenyum pada adiknya. “Kau tidak perlu marah dan emosi padanya. Kita akan mencoba cara lain untuk membuat dia berpisah dengan lelaki sialan itu.” Kata Levin menyeringai.
“Kalian mau memisahkan siapa?”
Keduanya berbalik dan menatap pada Lionel yang datang dengan istri pria itu. Dan istri kakaknya itu sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar. Meninggalkan ketiga bersaudara tersebut. Lionel berjalan menuju sofa, dan duduk di sana.
Lionel menatap kedua adiknya dengan tatapan penasarannya. Siapa yang akan mau dipisahkan oleh adiknya ini? Dan mereka mau memisahkan orang yang sudah menikah?
“Kami mau memisahkan Samuel dan Lerina. Kakak tahu sendiri bukan, kalau Samuel itu tidak benar-benar tulus pada Lerina. Dia hanya mau mempermainkan Lerina saja,” jawab Levin.
Lionel yang mendengarnya mengangguk. Dia tahu itu, dan dia baru saja melihat bagaimana mesranya Samuel mengandeng salah satu wanita dengan pakaian terbuka. Dia mau mengatakan pada Lerina, juga percuma saja. Karena Lerina itu sudah buta oleh cinta.
Dan sama seperti mendiang ibunya dulu. Yang buta karena cinta, dan tidak melihat kebahagiaan ayah angkatnya pada siapa. Dan malah memisahkan ayah angkatnya dengan wanita yang dicintai oleh ayah angkatnya,.
“Aku tahu. Dan aku baru melihat Samuel yang jalan dengan seorang wanita tadi,” kata Lionel mengambil minuman kaleng di atas meja, dan membukanya langsung meminumnya sehingga menyisakan setengah isinya saja.
Levin dan Lorens yang mendengarnya terkejut. Kalau kakaknya tahu apa yang dilakukan oleh Samuel. Dan kenapa kakaknya masih saja merestui hubungan Lerina dan Samuel. Dan tidak melarang Lerina untuk bertunangan dengan Samuel.
“Terus kenapa kau setuju dengan pertunangan itu?” tanya Levin tidak habis pikir dengan kakaknya ini.
Lionel tertawa kecil dan meletakkan kaleng minumannya di atas meja dan berdeham pelan. “Kalian mau tahu aku setuju dengan itu?” tanya Lionel, diangguki oleh Levin dan Lorens.
Mereka memang sangat penasaran.
“Lerina tidak akan mendengarkan apa yang kita katakan. Maka silakan dia melihat sendiri, dan merasakannya sendiri. Kalau dia menyerah tentang hubungannya dengan Samuel, maka dia akan mengatakan pada kita, dan menyuruh kita untuk melindunginya,” ucap Lionel.
Levin dan Lorens yang mendengar itu. Mereka tidak pernah memikirkannya, dan malahan mereka terus saja mengatakan pada Lerina untuk menjauhi Samuel, dan terus bertengkar dengan Lerina. Keduanya memukul kepala mereka, membuat Lionel melihatnya tersenyum mengejek dengan ulah konyol adik-adiknya ini.
“Kalian jangan memukul kepala kalian. Karena kepala kalian isinya emosi dan kemarahan terus pada Lerina. Kalian seharusnya memantau Lerina, seperti yang aku lakukan selama ini. Dan kalian tahu, aku sampai membunuh beberapa pria yang mencoba untuk mendekati Lerina dan ingin melecehkan Lerina selama ini.” ucap Lionek santai.
Levin dan Lorens yang mendengarnya kembali terkejut. Mereka tidak terlalu mengenal kakak mereka ini, yang sangat pandai menyimpan sesuatu hal. Yang menjaga Lerina begitu baik, dan tidak bertengkar dengan Lerina.
“Kak! Kau memang Kakak yang hebat. Kami berdua salut padamu,” ucap Levin bertepuk tangan.
Lionel tertawa kecil mendengarnya. “Bukan hanya Lerina saja yang aku pantau. Tapi, kalian berdua juga aku pantau. Aku tidak mau kalian bertindak ceroboh, dan membuat sebuah kesalahan. Kalian itu masih labil dalam mengambil keputusan,” ucap Lionel yang membuat Lorens dan Levin yang mendengarnya mengaruk pipi mereka, dan mengangguk membenarkan apa yang dikatakan oleh kakak mereka ini.
Mereka memang masih labil dalam mengambil keputusannya, dan mereka suka marah-marah kalau tidak sesuai dengan kemauan mereka. Berbeda dengan kakak mereka, yang sangat pintar sekali. Mungkin karena kakak mereka dari kecil sudah harus didewasakan oleh keadaan, dan bagaimana dia tidak dirawat oleh orang tua kandungnya sendiri.
“Paman Erick bagaimana? Dia belum kembali dari Korea?” tanya Levin.
Lionel mendengarnya menggeleng. “Daddy masih di Korea. Dan kemarin dia meneleponku, dan katanya dia akan lama di sana. Dan tidak tahu kapan pulang.” Jawab Lionel.
“Dan Kakak tidak rindu dengan Paman Erick?” tanya Lorens.
Lionel mendengar pertanyaan adiknya itu tertawa kecil. Kalau membahas tentang kerinduan, pastinya dia merindukan ayahnya itu. Namun dia tahu ayahnya di korea untuk menemani sang ibu yang ingin tinggal di sana sementara waktu.
“Kalau rindu. Pastilah rindu. Siapa yang tidak rindu pada ayah kandung sendiri, tapi, aku tidak pernah mau menuntut dirinya untuk pulang ke sini. Dia punya keluarga, dan anaknya juga sudah besar juga. Yang menjadi salah satu bintang idol di Korea.” Kata Lionel.
“Ya. Kan Kakak jarang bertemu dengan Paman. Kenapa tidak Kakak saja yang ke sana? Menemui Paman?” tanya Lorens. Jarak Los Angeles dan Korea tidak terlalu jauh.
Lionel menggeleng. Dia bukannya tidak mau menyusul ke sana, dia hanya ingin ayah dan ibunya menikmati waktu mereka. Lagian istrinya sedang hamil, dia tidak mau membawa istrinya yang sedang hamil naik pesawat, yang akan mencelakai istri dan calon anaknya nanti.
“Aku tidak bisa ke sana. Kau lupa, kalau Kakak Iparmu sedang hamil dan dia tidak boleh bepergian menggunakan pesawat,” ucap Lionel dan kedua adiknya itu kembali memukul kening mereka dan menyengir satu sama lain.
Lionel yang melihat itu tertawa kecil melihatnya, dan Lionel kembali mengambil minumannya. Mata Lionel melihat pada Lerina yang menuruni tangga dengan langkah cepat. Membuat Lionel yang melihat itu berdiri dari tempat duduknya, dan menatap pada adiknya itu.
“Kau mau kemana? Ini sudah jam sepuluh malam,” ucap Lionel.
Lerina yang mendengar pertanyaan Lionel tersenyum. “Samuel ada di depan. Dia jadi datang kemari,” ucap Lerina semangat, dan berjalan menuju ke pintu mansion dan membukanya. Ketiga pria itu mengikuti Lerina dari belakang.
Tatapan Lionel bertemu dengan Samuel, dia menatap Samuel dengan tatapan biasanya saja, seolah dia memang merestui hubungan adiknya dengan pria itu. Agar Samuel tidak menaruh curiga padanya, kalau dia masih setuju dengan hubungan kedua orang itu.
Samuel memberikan satu kotak makanan dari restoran terkenal pada Lerina. Lerina langsung mengambil bungkusan makanan itu dari Samuel. Dirinya memeluk pria itu, membuat ketiga saudara lelaki Lerina yang melihat itu mengepalkan tangan mereka dengan menahan napas mereka.
Mereka tidak mau adik mereka memeluk Samuel, dan melihat bagaimana wajah sombong dari Samuel yang membalas pelukan Lerina, dan menatap penuh mengejek pada ketiga pria di belakangnya. Tepatnya senyuman itu hanya dilayangkan pada dua orang pria di sana. Lorens dan Levin yang melihatnya tersenyum sinis, dan mengusap dagu mereka pelan.
“Dia memang kurang ajar sekali. Aku ingin membunuh dirinya sekarang juga,” kata Levin.
Lorens mengangguk. Ya. Dia ingin membunuh Samuel sekarang juga rasanya, dan membuat pria itu tidak bernapas lagi, dan tidak bisa mengganggu adiknya lagi. Lionel yang mendengar apa yang dikatakan oleh kedua adiknya itu hanya bisa mengaruk kepalanya, dan dia masuk ke dalam mansion.
Lerina melepaskan pelukannya dari Samuel. “Terima kasih sudah menempati janjimu. Dan membawakan makanan untukku,” ucap Lerina dan mengecup pipi Samuel.
Samuel mengacak rambut Lerina. “Tidak masalah. Sana masuk ke dalam dan jangan begadang lagi,” ucap Samuel, dia sebenarnya malas datang ke sini. Karena dirinya ditelepon dan diganggu terus oleh Lerina. Mau tidak mau. Dirinya harus datang ke sini, dan dia harus membawakan makanan untuk Lerina.
Lerina mengangguk dan berjalan masuk ke dalam mansion dan menatap Levin juga Lorens dengan senyuman mengejeknya. Karena kedua orang itu terus saja mengatakan hal buruk pada Samuel. Dan mereka bisa melihat sendiri sekarang, kalau Samuel sangat perhatian pada dirinya.
“Kalian sudah melihatnya bukan?” tanya Lerina.
Levin dan Lorens hanya diam saja dan tidak membalas apa yang dikatakan oleh Lerina. Mereka berjalan mendekati Samuel, dan berdiri di depan pria itu dengan wajah angkuh mereka, dan juga tidak senang dengan Samuel yang datang kemari, mengganggu waktu mereka saja.
“Untuk apa kau kemari? Sudah puas bermain dengan jalangmu, sehingga kau mencoba untuk mempermainkan Lerina sekarang,” tanya Levin.
Samuel yang mendengarnya tertawa kecil. “Ya. Aku sudah puas mencicipi banyaknya wanita bayaran di klub malam. Dan aku ke sini memang ingin bermain sedikit dengan saudara kalian dan terutama dengan kalian. Kalian bisa melihat bukan, bagaimana tatapan Lerina yang penuh kemenangan dan juga tersenyum sinis pada kalian?” tanya Samuel memasukkan kedua tangannya di dalam saku celananya.
Dulu dirinya berteman dengan Levin dan Lorens. Namun kedua orang itu membenci dirinya, semenjak dirinya menyakiti Lerina kata mereka. Padahal Samuel tidak pernah menyakiti Lerina. Gadis itu yang menyukai dirinya, dan memaksa untuk bersama dirinya. Samuel tidak pernah berkeinginan untuk menyukai gadis itu.
Levin akan meninju Samuel. Namun ditahan olehnya. Dia tidak mau memancing keributan, yang akan membuat pria sialan ini semakin bangga dengan perbuatan sialannya itu.
“Kenapa tidak jadi? Kau takut Leirna akan marah padamu, karena kau memukul diriku?” tanya Samuel tersenyum sinis.
Levin menghela napasnya kasar. “Aku tidak takut dengan itu. Lebih baik kau pergi sekarang dari rumahku! Aku tidak mau melihat lelaki sialan sepertimu datang ke rumahku!” ucap Levin mengusir Samuel.
Samuel mengangguk, dirinya berjalan menuju mobilnya dan masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan mansion keluarga Avander. Lagian dirinya juga tidak tertarik untuk berlama-lama di mansion ini. dan bertemu dengan para pria b******k itu.
Levin dan Lorens yang menatap kepergian Samuel berusaha untuk mengontrol emosi mereka. Dan keduanya masuk ke dalam mansion. Lionel menyandarkan dirinya di pintu mansion dan menatap pada kedua adiknya. Dia kira keduanya tadi saling baku hantam dengan Samuel. Ternyata keduanya masih bisa menahan amarah mereka untuk tidak meninju Samuel.
“Pengendalian kalian luar biasa. Jangan terpancing dengan ucapannya,” ucap Lionel masuk ke dalam mansion diikuti oleh Levin dan Lorens di belakang Lionel. Keduanya saling tersenyum, dan mereka senang mendengar pujian dan kakak mereka. Dan memang pengendalian mereka luar biasa kali ini.
Mereka harus menahan diri untuk tidak terpancing dengan apa yang dikatakan oleh Samuel.