Bab 07. Mengusik

1027 Kata
Lerina menatap pada Samuel yang berdiri di depannya dengan mengulurkan satu buket bunga padanya. Lerina mengambil buket bunga itu, dan merasa takut dengan wajah Samuel yang kelihatan datar. "Kau tidak ikhlas memberikan bunga padaku?" Tanyanya. Samuel yang mendengar itu hanya diam saja, dan tidak mengatakan apa pun. Setelahnya dia masuk ke dalam mansion milik keluarga Lerina, dan menatap pada Levin dan Lorens yang duduk dengan santai. Tanpa menatap ramah padanya. "Kau ingin minum apa? Apakah kau ingin cemilan juga?" Tanya Lerina tersenyum. Samuel menggeleng pelan, dan duduk di depan dua lelaki itu. Yang masih menatap dirinya dengan tatapan tajam mereka. "Kalian sepertinya sangat keberatan aku duduk di sini," ucap Samuel mengejek. "Sangat keberatan. Hama seperti dirimu, tidak pantas untuk masuk ke sini!" Ucap Levin kasar. Lerina yang mendengar itu langsung berdecak. "Levin! Apa yang kau katakan?! Kau tidak seharusnya berkata seperti itu pada Samuel," ucap Lerina tidak terima dengan tingkah menyebalkan saudara kembarnya ini. Levin bersedekap diikuti oleh Lorens. Dan menggeleng pelan melihat kelakuan Lerina yang sudah dibutakan oleh cinta. Seharusnya saudaranya itu mengerti, kalau Samuel itu tidak tulus padanya. Lihat saja, bagaimana senyuman mengejek Samuel. Mau Levin lemparkan menggunakan pisau rasanya. "Aku tidak pernah menyangka, kalau punya saudara perempuan yang bodoh seperti dirimu. Kau terlalu dibutakan oleh cinta," kata Levin, dan meminum kopinya. Lerina mengepalkan tangannya. "Kau mana mengerti yang namanya cinta! Kau tidak tahu, kalau cinta itu ada hal suci, dan aku bersama Samuel itu jodoh! Tandanya kami akan bertunangan." Ucap Lerina, tidak terima dirinya dikatakan bodoh. Lorens tertawa kecil. "Kak! Kau berbicara tentang jodoh. Bisa saja jodohmu bukan dia. Dia itu hanya terpaksa bertunangan denganmu, karena ibunya!" Ucap Lorens mau menyadarkan kakaknya. Agar tidak mendapatkan lelaki yang salah. Lerina yang mendengarnya mencibir. Dirinya tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lorens, dirinya percaya kalau Samuel sudah bertunangan dengan dirinya nanti, maka lelaki itu akan berjodoh dengannya. "Lorens! Kakak tidak pernah mengajarkan dirimu untuk berbicara kasar! Kamu harus tahu, kalau Samuel tidak seperti itu." Kata Lerina berdiri dari tempat duduknya, menuju ke dapur membuatkan minuman untuk Samuel. Samuel yang ditinggal bersama kedua saudara lelaki Lerina tersenyum sinis. Dirinya memainkan ponselnya dengan wajah angkuh miliknya. "Kalian lihat bukan, dia tidak akan percaya pada kalian," ucap Samuel sombong. Lorens mengepalkan tangannya ingin meninju Samuel, namun Levin dengan cepat memegang tangan adiknya itu. Jangan bertindak ceroboh, yang nanti adiknya ini akan kena marah oleh orang tua mereka. "Jangan lakukan itu," kata Levin. Lorens yang mendengar ucapan kakaknya mengangguk, dirinya kembali ke tempatnya semula dan berusaha untuk mengontrol emosinya agar tidak tersulut melihat tatapan penuh ejekan dari Samuel. "Kau memang pria b******n! Jangan pernah harap kau bisa menyakiti saudara perempuanku." Kata Lorens, dia begitu menyayangi Lerina. Apa pun akan dilakukan oleh dirinya demi Lerina. Walau harus mengorbankan dirinya sendiri. Lerina itu adalah anak perempuan kesayangan keluarga dirinya yang harus dijaga oleh seluruh anak lelaki dalam rumah ini, dan tidak boleh membuat Lerina tersakiti sedikit pun. Tapi, Lerina sendiri yang sekarang mencari penyakit itu dengan menerima ajakan Samuel untuk bertuanangan dengan pria itu. Mereka tidak bisa melihat bagaimana Lerina nantinya tersakiti dan menangis hanya karena sebuah cinta. Cinta sepihak. “Oh ya? Kalau aku b******n, saudaramu tidak mungkin menerima diriku. Aku itu pria yang baik baginya, dan jangan lupakan, kalau orang tua kalian juga mengatakan aku itu orang yang sangat baik,” ucap Samuel tersenyum sinis pada Lerons dan Levin. Kedua pria itu semakin mengepalkan tangan mereka, apa yang dikatakan oleh Samuel memang benar. Orang tua mereka begitu memuja Samuel dan mengatakan Samuel adalah pria yang terbaik untuk Lerina. Mereka selalu berusaha untuk membuka pikiran orang tua mereka, namun tidak bisa. Dan masih saja memuji Samuel yang tidak pantas dibilang baik. “Kalian kenapa lihatin Samuel seperti itu?” tanya Lerina meletakkan minuman dan kue di atas meja. Samuel yang melihat minuman dan kue itu hanya diam saja, dan tidak berniat untuk mengambilnya sama sekali. Dirinya mengeluarkan ponselnya, dan memeriksa beberapa pekerjaan yang masuk ke dalam ponselnya. Dan salah satunya pesan dari sekretarisnya yang mengatakan kalau Samuel jam dua nanti ada pertemuan penting dengan salah satu klien. “Orang tuamu belum pulang?” tanyanya. Lerina menggeleng. Memang orang tuanya belum pulang, ntah kapan orang tuanya akan pulang, dan dirinya menatap bingung pada Samuel yang berdiri dari tempat duduknya dan kelihatan mau pergi sekarang. Lerina berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan mendekati Samuel. “Kamu mau kemana?” tanyanya. Samuel yang mendengar pertanyaan Lerina berdeham pelan, dirinya sangat malas menjawab pertanyaan dari calon tunangannya ini. untung saja pertunangan mereka agak diundur, sehingga dirinya bisa lebih bebas dulu dan tidak dipusingkan dengan persiapan pertunangannya dengan Lerina. “Aku mau pergi. Aku ada meeting penting, dan kamu di rumah saja dan tidak perlu ikut denganku,” ucap Samuel menyuruh Lerina untuk diruma saja. Lerina mendengarnya cemberut, dia ingin ikut dengan Samuel, dan menemani pria itu. “Aku mau ikut. Memangnya tidak boleh?” tanyanya. Samuel menggeleng. Dia tidak bisa mengajak Lerina untuk bersama dirinya, dia tidak suka dengan gadis itu. Yang akan membuat semuanya menjadi kacau. Samuel ingin hidupnya tenang, tanpa diikuti oleh Lerina kesana kemari. Dan gadis itu seharusnya mengerti, kalau dirinya tidak mau diikuti oleh Lerina. “Kau di rumah saja. Aku hanya sebentar, dan nanti malam aku akan ke sini lagi,” ucap Samuel berdusta pada Lerina. Dirinya tidak akan kemari, dan lebih memilih untuk bersenang-senang di klub malam, bersama dengan teman-temannya. Dan mengabaikan Lerina tentunya. Lerina yang mendengar itu menatap Samuel penuh binaran matanya, dan mengangguk, dirinya akan di rumah saja dan tidak akan meminta untuk ikut bersama dengan Samuel. “Ya. Dan kau harus janji akan ke sini nanti malam,” ucap Lerina, mau tidak mau Samuel mengangguk. Agar dirinya terbebas dari Lerina. Samuel berjalan keluar dari mansion keluarga Lerina, dan menatap Lorens dan Levin dengan senyuman sinisnya. Karena kedua orang itu yang mengepalkan tangan mereka dan menahan kemarahan mereka pada Samuel. Samuel semakin suka untuk mengusik mereka. Setelah kepergian Samuel, Lerina berjalan menuju kamarnya, dan tidak memedulikan kedua saudara lelakinya lagi. Kedua saudaranya itu sangat membenci Samuel membuat dirinya tidak suka pada mereka yang membenci Samuel. Dirinya akan menunggu Samuel ke rumah dirinya. Dan menghampiri dirinya. Lerina sudah tidak sabar untuk menyambut malam. Dan bertemu dengan Samuel.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN