Khilaf yang Berbeda

1177 Kata

“Tunggu!” seru Yeni pada suaminya yang terlihat mengabaikan tanpa mau peduli meski banyak sekali selentingan terdengar, beberapa karyawan jelas sedang membuat kesimpulan sesuai apa yang mereka saksikan di depan mata. Deon sendiri merasa tidak penting mendengarkan kalimat-kalimat sumbang, praduga di masing-masing kepala hanya serupa penilaian keliru mengenai hal yang jauh dari kenyataan. Deon menghentikan ayunan kaki tanpa menunjukkan ekspresi senang atau benci, cukup datar karena memang sudah malas jika harus meladeni wanita tersebut. Jika mengingat aksinya di rumah bersama Duta, lak-laki itu sudah tidak akan bisa lagi mengarahkan tatap pada sosok di depannya. Hanya saja, ia masih memiliki sedikit rasa menghargai sehingga memilih diam di tempat saat dipanggil. “Kita harus bicara,” ujar Y

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN