Satu-satunya orang yang tersisa di ruangan besar tersebut hanya Bee, dia menunggu Abim karena sang teman harus menemui yang lain. Tak nyaman jika sampai pergi begitu saja, setidaknya masih tersisa sopan santun dalam diri lelaki muda tersebut. Sang gadis hanya tercenung seorang diri, menciptakan berbagai pemikiran terkait kehidupan yang menjadi begitu rumit. Dia tidak mau terburu-buru untuk bangkit dan pergi, justru memilih duduk di sana dengan tenang. Hari ini menjadi sangat melelahkan, kejutan dari Tuhan memang selalu sulit diterima akal sehat. Namun, setidaknya masih ada hal menggembirakan. “Akhirnya mereka mau mengakui naskah yang kubuat dengan susah payah sebagai karya seorang amatir,” gumam Bee setelah beberapa saat memilih bungkam atas banyak hal, dia mengangkat kelopak matanya ke