“Will You Marry Me?” Ayana benar-benar tidak bisa menahan perasaan bahagia yang meluap dari hatinya, dan dia melampiaskan itu dengan tawa renyahnya. "Kamu ini ngapain, sih? Kita, kan, udah nikah." Isa tersenyum kecil. "Tapi saya belum melamarmu." Ayana mengambil cincin, lalu memakai di jari manisnya. "Terserahlah. Aku terima lamarannya." Isa berdiri, lalu mencium pipi istrinya. Terkikik pelan, lalu Ayana memeluk Isa. "Tanganmu sangat dingin, Tiran. Apa kamu gugup?" “Aku juga manusia normal yang bisa gugup di saat-saat seperti ini.” Ayana tertawa. “Aku pikir kamu nggak normal." “Jangan mengajak saya berdebat sekarang.” Ayana tertawa. "Tapi kamu beneran nggak normal, Tiran. Nggak ada orang yang melamar istrinya sendiri." "Saya ingin menjadi satu-satunya yang melakukan itu." "Haha