“... Kamu hanya boleh dilihat seperti itu oleh saya!” Ding! Seperti ada lonceng yang berbunyi nyaring yang menyadarkan tidak hanya Ayana tapi juga Isa, membuat keduanya terdiam. Satu pertanyaan kompak muncul di benak mereka; Kenapa? Bukankah pernikahannya dengan Ayana hanya karena wasiat Rasti? Kenapa dia tidak tahan jika ada pria lain yang memikirkan Ayana? Kenapa dia tidak ingin apa yang menjadi miliknya diinginkan juga oleh orang lain? Padahal, dia selalu suka pamer. Selalu suka jika orang lain merasa iri karena dia memiliki barang-barang itu. Jadi, kenapa kali ini tidak ada yang boleh melihat miliknya? Kenapa dia merasa seperti itu? Isa kemudian menyadari kalau Ayana masih mengenakan gaun malam seksi dan jasnya sudah jatuh ketika dia menyentak bahu gadis itu. Berdeham pelan, dia ber