"Aku harap dia nggak tumbuh jadi seperti ayah biologisnya ...." Kata-kata itu, hari di mana Khalil urung melangkah pergi dan memilih duduk kembali di tepi ranjang dekat sosok Geanica. "Apa itu yang saya lewatkan selama saya ninggalin kamu, Ge?" Gea menatap sinis seraut tampan tersebut. "Ya. Dan selamat, kamu sukses besar, Khalil. Nggak cuma aku dan keluarga Samarawijaya, tapi anak sendiri pun kena imbasnya. Kamu tau seberapa besar aku ingin melenyapkan darah daging cowok berengsek yang tumbuh di sini dulu?" Dia menunjuk perutnya dengan dua tangan yang diikat. "Sangat besar sampai aku rasa, kami lebih baik mati sama-sama." "Tapi kalian hidup sampai detik ini, kan, Ge? Jadi, di mana dia sekarang?" Gea berdesis. "Di tangan orang yang tepat." Khalil pun mengangguk-angguk. "Ternyata perci