06 - MY HOT BILLIONAIRESS

2005 Kata
MHB.06 DIRAMPOK VICTORIA DEBORA CHEN Sudah genap satu minggu aku tidak memiliki asisten rumah tangga di rumah yang sangat besar ini. Semua yang aku inginkan harus aku lakukan sendiri tanpa adanya bantuan orang lain. Aku tidak bisa melakukan banyak pekerjaan rumah, karena selama ini aku tidak pernah melakukannya. Sehingga tidak adanya asisten rumah tangga selama seminggu terakhir ini, membuat rumahku hampir saja seperti kapal pecah. Agar rumah ini tidak terlihat telalu kacau, aku tidak berani menyentuh terlalu banyak benda dan tidak ingin pergi ke ruangan yang menurutku tidak penting. Dengan begitu aku tidak perlu khawatir jika rumah ini semakin berantakan hingga ada asisten rumah tangga baru di rumah ini. Sebenarnya di Cambridge ini ada banyak jasa binatu dan cleaning service. Namun aku yang belum mengenal banyak tentang kota ini, membuatku sulit mencari jasa yang sesuai dengan yang aku inginkan dan sesuai dengan standarku. Hal ini membuatku hampir setiap hari harus melihat kamar dan beberapa ruangan lain yang sering aku lewati atau aku tempati berantakan. Sesekali di saat aku memiliki waktu luang, aku mencoba untuk membersihkan rumah semampuku. Namun sayangnya aku yang tidak terbiasa, tidak bisa melakukannya dengan sempurna seperti yang dilakukan asisten rumah tangga pada umumnya. Sehingga banyak pekerjaanku yang terbengkalai karena rasa lelahku lebih dulu datang dibanding waktu pekerjaanku selesai. Untuk urusan perut, untungnya ada banyak makanan dan minuman yang bisa aku pesan via aplikasi pada ponselku dan diantar ke alamat rumah oleh kurir restoran. Aku tidak memesan makanan dari restoran mewah yang dimasak oleh chef ternama yang ada di Cambridge ini. Tapi memesan makanan cepat saji yang selama ini tidak pernah diizinkan oleh Daddy Drex untukku makan selama aku berada di Macau. Dengan tidak adanya orang lain di rumah ini, aku bisa bebas memilih makanan apa saja yang aku inginkan, termasuk makanan cepat saji. Seminggu terakhir aku sarapan dengan apple pie dan segelas s**u hangat yang aku pesan via aplikasi yang menjual makanan. Siang hari aku akan makan Clam Chowder di salah satu restoran yang ada di dekat kampusku. Clam Chowder adalah makanan berupa sup kerang berwarna putih dan kental yang sangat cocok dimakan dengan roti. Clam Chowder terdiri dari campuran kerang quahog dengan kentang empuk, daging sapi, krim kental dan rempah-rempah. Sedangkan untuk makan malam, aku akan memesan Tacos yang aku beli via aplikasi makanan. Hampir setiap hari aku memakan makanan dan minuman cepat saji. Sehingga pencernaanku sedikit bermasalah beberapa hari terakhir. Meski kesehatanku kurang baik akhir-akhir ini, aku tidak ingin menceritakannya kepada kedua orang tuaku saat beliau menghubungiku. Karena aku tidak ingin membuat beliau khawatir dan memarahiku. Aku sudah cukup menderita tanpa adanya asisten rumah tangga yang membantuku. Dan aku tidak ingin semakin menderita oleh omelan Mommy Xaviera kepadaku yang tidak patuh pada beliau. Terutama omelan di pagi hari yang akan merusak moodku seharian. Dan setiap pagi Mommy Xaviera atau Daddy Drex akan menghubungiku untuk menanyakan hal yang sama setiap harinya sebelum aku berangkat ke kampus. "Selamat pagi, Sayang. Apa kamu sudah sarapan?" terdengar suara Daddy Drex yang menenangkan dari seberang telepon saat aku sedang menyiapkan beberapa buku yang akan aku bawa ke kampus pagi ini. Meski sebenarnya di Macau saat ini malam hari, beliau tetap saja menyapaku dengan ucapan selamat pagi. Dihubungi pagi ini oleh orang tuaku, membuat hatiku yang akhir-akhir ini merasa kesepian menjadi sedikit lebih hangat. Aku tersenyum sendiri sambil terus bergerak mengemasi barang-barangku dan menjawab, "Sudah, Dad. Apa Daddy sudah makan malam? Mommy masak apa malam ini, Dad?" "Malam ini Mommy mu memasak sup kepiting, Minchee, Bacalhau dan Serradura sebagai penutup." Minchee adalah makan khas Macau yang terbuat dari daging yang dicincang atau dipotong dadu, lalu dimasak bersama kentang yang dipotong dadu dan dioseng dengan bumbu khusus. Biasanya orang Macau menggunakan daging babi dalam olahan makanan ini. Menu ini akan dimakan dengan nasi hangat, sayuran kacang panjang dan telur mata sapi setengah matang. Untuk Bacalhan adalah cemilan yang digoreng berbentuk lonjong yang terbuat dari daging ikan kod yang digiling halus dan diberi bumbu khusus. Sedangkan Serradura adalah pudding yang terbuat dari remah-remah biskuit yang diselingi dengan puding s**u yang lembut. Mendengar menu makan malam yang dimasak oleh Mommy Xaviera untuk Daddy Drex malam ini, membuatku merindukan Mansion Tuan Drex Chen. Dengan nada manja aku berkata, "Dad, aku merindukan makanan khas Macau. Aku rindu masakan Mommy. Aku rindu egg tart, bacalhau, minchee, almond biscuit, bakkwa, roti daging, dan t*i lei loi kei." "Nanti Daddy kirimkan mana makanan yang bisa dikirimkan, Sayang." "Dad aku merindukan rumah. Hiks... Di sini aku hanya sendirian tanpa ada yang mengurusku lagi." Daddy Drex tidak menanggapi ucapanku dan beliau malah mengalihkan pembicaraan, "Sayang, tadi kamu sarapan apa?" "Aku sarapan dengan dua potong apple pie dan segelas s**u hangat, Dad." Aku yang sudah selesai menyiapkan barang-barangku, menjawab sambil keluar dari rumah menuju garasi mobil. "Sepertinya sangat lezat. Apa kamu yang membuatnya, Viky?" Daddy Drex bertanya dengan nada penuh harap. Saat aku telah berada di dalam mobil dan menyalakan mesinnya, aku menjawab dengan nada mengeluh, "Tidak, Dad. Aku memesanya ke bakery langgananku. Tidak ada asisten rumah tangga membuatku harus memesan makanan setiap kali ingin makan, Dad." "Cobalah belajar memasak, Viky. Semakin lama kamu akan semakin dewasa. Kamu harus mandiri." "Dad, aku tahu kalau aku akan dewasa. Tapi urusan pekerjaan rumah tidak bisa aku atasi. Bukankah Daddy mengirimku ke Amerika ini untuk belajar? Kenapa aku juga harus membereskan rumah?" "Belajar tidak hanya di bidang akademis atau di bangku pendidikan, Viky. Kamu juga harus bisa belajar dari lingkungan. Tidak adanya asisten rumah tangga di sana, kamu harus bisa mengurus rumah selain belajar. Jangan biarkan rumah itu seperti kandang babi. Kamu mengerti?" Seketika aku merasa sedih mendengar ucapan Daddy Drex yang ada di seberang telepon. Tadinya dengan mengeluh akan kesulitanku di sini, beliau akan terketuk hatinya dan mengirimkan Bibi Xia ke Cambridge untuk mengurusku. Namun ternyata beliau malah menyuruhku untuk belajar mengurus diri sendiri dan juga rumah. Aku yang sudah berada di dalam mobil, mengendarai mobilku keluar garasi dan memarkirkannya di pinggir jalan. Kemudian aku yang masih melakukan panggilan telepon dengan Daddy Drex kembali berkata, "Dad, maaf jika aku harus mengakhiri panggilan ini. Aku sekarang akan pergi ke kampus dan mengendarai mobilku." "Baik, Sayang. Kalau begitu hati-hati di jalan." "Baik, Dad. Bye-bye." "Bye..." PRANG! Baru saja aku mengakhiri panggilan telepon bersama Daddy Drex, tiba-tiba kaca mobil bagian belakangku pecah. Suara kaca pecah itu terdengar beberapa kali, membuatku merasa begitu kaget karena kaca mobil mewahku pecah begitu saja. Padahal saat ini aku memarkirkan mobilku di pinggir jalan di depan rumahku, bukan di bawah pohon. Spontan aku yang merasa kaget menoleh ke belakang, telihat sebuah tangan besar memasuki kaca yang pecah itu dan meraih tasku yang ada di kursi penumpang belakang. Tanpa berpikir panjang, aku yang mengetahui bahwa saat ini sedang dirampok, membalikan tubuhku ke belakang lalu memukul tangan besar itu dengan tanganku. Aku memukul tangan itu dan menahan tasku sekuat tenaga. Namun sayangnya tangan perampok yang wajahnya tidak jelas itu malah jauh lebih kuat dariku. Sehingga aku yang sedang mempertahankan tasku dari kursi driver ikut tertarik. Aku tidak tahu persis seberapa kuat tenaga perampok itu. Tapi kekuatan itu mampu membuatku terpental ke kursi penumpang belakang dan tanganku terluka terkena pecahan kaca yang berserakan pada kursi. Bahkan salah satu tanganku pun ikut tertarik keluar melalui jendela kaca yang pecah dan membentuk seperti sebuah lobang. Saat ini tanganku yang tertarik keluar itu juga ikut tergores oleh ujung pecahan kaca yang tajam sehingga mengeluarkan darah. Sayangnya aku yang telah berusaha sekuat tenaga, tidak bisa menyelamatkan tasku tersebut. Sang perampok berhasil merampas tas yang berisikan beberapa barang berharga di dalamnya dariku dan berlari. Melihat perampok itu berhasil mengambil tasku, aku pun tidak mau menyerah begitu saja. Aku memang seorang putri tunggal dan dimanjakan oleh Tuan Drex Chen yang terkenal dengan sebutan "King of Gambling". Namun bukan berarti aku tidak diajarkan ilmu bela diri oleh orang tuaku yang sangat dekat dengan dunia abu-abu dan hitam. Sehingga aku yang tidak mau kalah pun dengan segera keluar dari mobil untuk mengejar perampok itu. Saat ini aku tidak peduli dengan mobil mewahku yang masih terparkir di pinggir jalan. Aku juga tidak peduli dengan kondisiku yang saat ini terluka dan berlumur darah. Bahkan aku juga tidak peduli dengan pandangan orang-orang yang aku lewati saat ini terhadapku. Awalnya semua orang yang melihatku berlari dalam kondisi terluka terlihat kebingungan. Lalu beberapa dari mereka yang mengerti dengan apa yang sedang terjadi, menyusulku dari belakang untuk membantuku. Termasuk beberapa orang petugas keamanan yang bertugas di kawasan tempat tinggalku. "Hai... Jangan lari! Kamu telah merampok tasku! Tunggu aku! Akan aku buat kamu menyesal!" Aku meneriaki perampok itu sambil terus berlari mengejarnya sekuat tenaga. Saat ini aku yang merasa begitu marah pada perampok itu, sangat ingin memukulinya jika ia tertangkap nanti. Namun entah kenapa saat aku berlari, perutku terass sakit. Semakin lama tenagaku terasa semakin berkurang dan tubuhku melemah. Hingga akhirnya di pertengahana jalan, pandanganku mengabur dan aku pun terjatuh tak sadarkan diri. **** DREX CHEN Sudah lebih dari satu bulan putri tunggalku Victoria Debora tinggal di Cambridge, Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikannya. Namun aku yang sudah terbiasa dengan kehadirannya di setiap hariku, masih saja merasa ada yang kurang tanpa kehadirannya. Seperti yang aku rasakan pagi ini saat sarapan. Biasanya akan ada dirinya yang selalu bertingkah manja padaku dan istriku Xaviera Zhou. Biasanya aku juga akan mendengar suara rengekannya jika menginginkan sesuatu. Namun sudah hampir dua bulan ini aku tidak melihat dan mendengar tingkah manjanya secara langsung. Membuatku yang saat ini merindukannya, duduk tertegun melihat kursi yang biasa ia duduki kini terlihat kosong. Saat aku duduk termenung melihat kursi itu, Xaviera Zhou yang baru saja mengolesi selai pada roti milikku pun menyapaku, "Qin..." Seketika aku yang merasa kaget karena mendengar suaranya menoleh padanya sembari berkata, "Xaviera, kamu mengagetkanku." "Bagaimana mungkin aku mengagetkanmu, Qin. Aku hanya menyapamu dengan suara rendah." "Tapi bagiku kamu baru saja mengagetkanku." "Jika Qin merasa kaget, itu berarti tadi Qin sedang melamun. Apa yang sedang kamu lamunkan, Qin?" Aku terdiam sejenak mengingat senyum manja putriku itu lalu menjawab, "Aku hanya teringat pada Viky kita, Xaviera. Biasanya, dari kecil ia akan duduk di kursi itu saat sarapan atau makan malam bersama kita. Tapi sekarang ia sudah besar dan berada jauh dari kita." "Apa Qin merindukan gadis manja itu?" Xaviera Zhou bertanya sambil tersenyum padaku. Dengan senyum pahit aku menganggukan kepala dan menjawab, "Tentu saja, Istriku. Ia adalah putri kita satu-satunya." "Aku juga merindukannya, Qin. Tapi kita harus bagaimana lagi? Aku rasa ini adalah yang terbaik untuknya. Aku ingin ia mandiri dan tidak bergantung pada orang lain seperti selama ini. Jika ia tetap bersama kita, ia akan tetap menjadi gadis manja." "Ya, kamu benar. Tapi aku tidak tega membiarkannya sendirian di rumah yang sangat besar itu. Xaviera, bagaimana kalau kita kirimlam saja Bibi Xia Shen untuk menemaninya di sana? Ia pasti kesulitan melakukan apapun sendirian di sana." Mendengar ucapanku, Xaviera Zhou langsung menatapku dengan tatapan tajam. Lalu ia menarik nafas dalam dan bertanya, "Qin, apa semalam saat menelepon ia kembali membujukmu? Apa ia yang meminta kita untuk mengirim Bibi Xia ke sana?" "Bukan, Xaviera. Kamu jangan langsung emosi seperti itu. Aku bicara seperti itu karena mengingat keluhannya semalam. Kamu tahu sendiri bagaimana putrimu itu. Ia sangat sulit untuk beradaptasi. Juga sudah banyak asisten rumah tangga yang berhenti bekerja karenanya. Jadi lebih baik kita ikuti saja keinginannya untuk mengirim Bibi Xia ke sana." "Qin, Bibi Xia itu lebih tua dariku. Beliau sudah tua dan sudah waktunya bekerja lebih santai dari biasanya. Jika kita mengirim beliau ke Cambridge, beliau akan kewalahan menghadapi gadis manja yang banyak mau itu." "Lalu apa yang harus kita lakukan, Xaviera? Membiarkannya sendirian di sana juga membuatku tidak tenang. Kamu tahu sendiri bagaimana duniaku. Meski banyak orang yang senang dengabku, juga banyak yang tidak menyukaiku. Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada putri kita. Hal buruk bisa mengancamnya kapan saja." Xaviera Zhou terdiam beberapa saat sambil mengaduk teh di dalam cangkir yang ada di hadapannya. Kemudian ia meminum seteguk teh tersebut dan menjawab, "Qin, aku telah bicara dengan Bibi Xia dan menanyakan putrinya. Aku berpikir akan mengirim Jamie Shen putri beliau ke Cambridge untuk menemani Viky." "Ide bagus." Aku menganggukan kepala menyetujuinya. "Tapi apa kamu yakin Jamie akan sanggup menghadapi Viky?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN