04 - MY HOT BILLIONAIRESS

2093 Kata
MHB.04 KESAL GEDEBUK! GEDEBUK! Aku melempar semua barang yang ada di dekatku. Dua bantal tidur, dua bantal guling, selimut, dan beberapa benda lainnya yang ada di dalam kamarku sudah tergeletak di lantai. Ini adalah hal yang sering aku lakukan saat apa yang aku inginkan tidak aku dapatkan. Ini juga hal yang sering aku lakukan saat aku merasa kesal. Selama ini aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Namun kali ini aku tidak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan karena kedua orang tuaku berada jauh dariku. Dan hal itu dimulai sejak aku pindah ke Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikanku. Dari hari pertama aku tinggal di rumah yang telah dipersiapkan oleh kedua orang tuaku untuk aku tinggali selama berada di Cambridge, hingga kini hatiku masih saja merasa kesal dan sedih. Aku merasa kesal karena harus diurusi oleh orang yang baru aku kenal dalam hidupku. Dan aku merasa sedih karena tinggal di rumahku tanpa adanya orang terdekatku. Mommy Xaviera dan Daddy Drex telah kembali ke Macau satu minggu setelah mengantarku ke Cambridge. Setelah kepergian beliau, aku pun tinggal bersama dua orang asisten rumah tangga yang baru yang akan mengurus segala keperluanku. Jika kedua orang tuaku tidak ada, biasanya akan selalu ada Bibi Xia Shen yang akan mengurus segala keperluanku. Selain itu juga akan ada Uncle Jack Fan yang akan selalu menjaga keselamatanku dan mengantarku kemanapun aku pergi. Dua orang itu adalah orang yang selalu mengisi hari-hariku dari aku masih kecil hingga dewasa ini. Tanpa adanya kedua orang itu selain orang tuaku, aku akan merasa canggung di tempat yang baru. Karena aku adalah tipe orang yang cukup sulit beradaptasi jika tidak ada orang terdekat yang menemaniku. Selain itu, meski ada orang lain yang akan mengurusku, namun aku tetap merasa kesepian tanpa ada Bibi Xia Shen dan juga Uncle Jack Fan. Awalnya aku berpikir saat aku pindah ke Cambridge, Bibi Xia Shen dan Uncle Jack Fan akan ikut denganku. Namun ternyata beliau berdua malah tetap berada di Macau bersama kedua orang tuaku. Sedangkan saat aku di sini, Mommy Xaviera malah menugaskan asisten rumah tangga yang baru untuk mengurusku. Aku memang bisa melakukan apa yang aku mau sendirian. Tapi aku tidak terbiasa jika diurus orang lain selain Bibi Xia Shen. Hal ini membuatku sangat kesal dan ingin marah. Bahkan setiap harinya aku selalu memikirkan cara agar asisten rumah tangga yang baru tidak betah dan tidak sanggup mengurusku. Sehingga orang tuaku nantinya akan mengirimkan Bibi Xia Shen untuk menemaniku sendiri di sini. Sudah hampir satu tahun aku berada di Cambridge ini untuk melanjutkan pendidikanku. Hari-hariku di kampus aku jalani dengan baik sebagaimana mestinya. Aku juga belajar dengan baik seperti yang dilakukan oleh para mahasiswa pada umumnya. Namun saat aku kembali ke rumahku, suasana hatiku akan berubah drastis menjadi buruk. Karena hingga kini aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa aku masih bersama para asisten rumah tangga yang tidak aku sukai. Para asisten rumah tangga itu bekerja dengan baik, namun aku yang sulit menerima kehadiran mereka. Karena di pikiranku, yang bisa mengurusku hanyalah Bibi Xia Shen dan juga Uncle Jack Fan. Setelah sekian lama melakukan drama dan memperlihatkan rasa tidak sukaku kepada para asisten rumah tangga yang mengurusku, dalam satu tahun ini aku telah membuat cukup banyak asisten rumah tangga berhenti bekerja. Dan sepertinya hari ini hal itu akan terjadi lagi. Karena saat aku mengamuk di dalam kamarku, aku mendengar seorang asisten rumah tanggaku yang bernama Bibi Lusy tengah menelepon orang tuaku di luar sana sambil menangis tersedu-sedu. Aku yang mendengarnya masih saja berpura-pura mengamuk di dalam kamar. Namun dalam waktu bersamaan aku juga berdiri di balik pintu kamar untuk menguping pembicaraannya. "Nyonya, Nona Muda Vicky masih saja mengamuk tanpa sebab di dalam kamarnya. Apa yang harus kami lakukan? Setiap hari Nona Muda selalu mengamuk, hingga kami merasa kewalahan menghadapinya... Banyak, Nyonya. Sudah banyak barang yang rusak karena Nona Muda mengamuk... Ya, Nona Muda baru pulang dari kampus sekitar satu jam yang lalu. Tapi saat pulang suasana hatinya terlihat begitu buruk... Ya, Nyonya. Aku sangat mengerti. Tapi maaf, sepertinya aku dan rekan kerjaku yang lainnya sudah tidak sanggup lagi untuk menghadapinya Nona Muda... Terima kasih Nyonya. Meski gajiku naik, tapi aku benar-benar tidak sanggup Nyonya. Jadi aku dan rekan kerjaku, sudah tidak bisa bertahan lagi di rumah ini. Sekali lagi maafkan kami Nyonya. Dengan terpaksa aku dan yang lainnya keluar hari ini dari rumah ini. Maafkan kami, Nyonya." Mendengar pembicaraan akhir Bibi Lusy dengan Mommy Xaviera yang ada di seberang teleponnya, membuatku merasa begitu senang. Aku merasa begitu senang karena ketiga asisten rumah tangga yang sudah satu bulan terakhir ini bersamaku, akhirnya menyerah dan akan pergi dari rumah ini. Dalam waktu bersamaan aku melompat kegirangan tanpa bersuara. Dan aku berharap bahwa Mommy Xaviera dan Daddy Drex akan mengirim Bibi Xia Shen dari Macau ke Cambridge untuk menemaniku. Karena dari awal aku sudah mengatakan kepada beliau bahwa yang aku inginkan yang mengurusku adalah Bibi Xia Shen, bukan yang lainnya. Saat aku melompat kegirangan di tengah kamarku, tiba-tiba ponselku yang ada di atas meja belajarku berbunyi. Dengan segera aku melangkah menuju meja belajarku itu, terlihat nama 'Lovely Mommy' muncul di layar ponselku. Aku yang merasa ragu menatap layar ponselku itu beberapa saat, hingga akhirnya aku menjawab panggilan masuk dari Mommy Xaviera itu dengan nada manja, "Mommy..." Tanpa berbass-basi, Mommy Xaviera yang saat ini sepertinya sedang marah pun bertanya dengan suara berat, "Vicky, apa yang telah kamu lakukan kepada para asisten rumah tangga itu?" "Aku tidak melakukan apa-apa, Mom." "Jika kamu tidak melakukan apa-apa, kenapa Lusy menghubungi Mommy dan mengatakan bahwa kamu kembali mengamuk di dalam kamar? Apa tidak ada hal lain yang bisa kamu lakukan selain mengamuk sepulang dari kampus?" Mommy Xaviera bertanya dengan nada yang lebih tinggi. Aku terdiam sejenak lalu menjawab, "Aku tidak menyakiti mereka, Mom. Aku hanya merasa kesal karena Mommy dan Daddy tidak mengabulkan permintaanku." "Victoria Sayang, keinginan apa lagi yang belum kami kabulkan? Kami telah memberimu semua yang kamu inginkan. Daddy juga tidak pernah mengatakan tidak kepadamu. Apa itu masih kurang?" "Masih kurang, Mom."Aku menjawab dengan nada merengek. "Katakan, apa yang kamu inginkan kali ini? Mommy dan Daddy harap setelah ini kamu tidak lagi membuat kekacauan di sana." "Aku ingin Bibi Xia yang menemaniku di sini, Mom. Apakah boleh?" "Vicky, bukankah dari awal Mommy dan Daddy sudah mengatakan bahwa kami tidak akan mengabulkan permintaanmu itu? Ini semua kami lakukan demi dirimu. Jika kamu selalu bersikap manja seperti yang dulu hingga kini, kapan kamu akan dewasa? Kamu juga harus bisa beradaptasi dengan keadaan dan orang yang ada di luar sana. Tetap bertahan di zona nyaman akan membuatmu kewalahan dan kesulitan nantinya." "Tapi yang aku inginkan hanya itu, Mom. Yang lainnya sudah aku miliki. Yang lainnya aku tidak ingin lagi." "Mommy tidak akan mengubah keseputusan Mommy dalam hal ini, Vicky. Kamu harus mengerti, bahwa semua ini kami lakukan untukmu. Berhentilah merengek dengan berbagai alasan. Cobalah menjadi gadis yang berpikiran dewasa, tidak seperti gadis manja yang bersikap kekanak-kanakan." Mommy Xaviera bicara dengan suara rendah namun penuh tekanan. Aku semakin merasa sedih mendengar jawaban Mommy Xaviera di seberang telepon yang tidak bisa diubah lagi. Aku terdiam cukup lama hingga akhirnya Mommy Xaviera kembali bersuara, "Kenapa kamu diam, Vicky? Apa kamu mengerti apa yang Mommy katakan?" "En..." "Baguslah jika kamu mengerti dengan apa yang Mommy katakan. Hari ini para asisten rumah tangga itu akan pergi dari rumah karena tidak tahan dengan sikapmu yang mengamuk tanpa sebab itu. Jadi, mulai hari ini kamu harus lebih mandiri lagi dari yang sekarang. Karena tidak ada orang lain di rumah yang akan menemanimu. Mencari asisten rumah tangga yang cocok denganmu itu sangatlah sulit, Vicky. Kamu sudah berada di Cambridge selama satu tahun. Hampir setiap bulan kamu berganti asisten rumah tangga, Lusy lah yang paling lama bertahan hingga dua bulan. Tapi sekarang ia sudah menyerah dengan tingkahmu yang dibuat-buat itu. Sekarang kamu harus menerima konsekuensinya dengan mengurus dirimu sendiri. Mengerti?" "Ya, Mom." "Setelah ini jangan bertingkah lagi. Mommy tidak ingin mendengar bahwa kamu kembali membuat masalah di sana. Mommy harap kamu bisa bersabar hingga ada asisten rumah tangga yang tahan dengan sikapmu itu dan mau bertahan lama." Aku hanya diam tanpa kata menanggapi ucapan Mommy Xaviera yang ada di seberang telepon. Kemudia beliau kembali bersuara, "Vicky, di sini sudah larut malam. Tingkahmu ini benar-benar membuat Mommy sakit kepala. Jadi Mommy tidur dulu. Jaga dirimu baik-baik di sana dan jangan bertingkah lagi. Okey?"  "Okey, Mom." aku menjawab dengan suara rendah. Setelah Mommy Xaviera selesai menghubungiku, aku yang dari tadi menahan rasa sedih akhirnya meneteskan air mata. Aku menangis bukan karena akan tinggal sendirian di rumah ini. Tapi aku merasa sedih karena yang aku inginkan tidak aku dapatkan. Padahal permintaanku kali sangat sederhana, Mommy Xaviera dan Daddy tidak perlu mengeluarkan uang seperti biasanya untuk membelikan apa yang aku inginkan. Namun entah kenapa, kali ini beliau malah seperti sulit untuk memenuhi permintaanku. Seolah yang aku inginkan adalah sesuatu sangat berharga dan sulit untuk dipindah tangankan. Setelah mengakhiri panggilan telepon bersama Mommy Xaviera, aku yang dari tadi duduk di kursi belajarku bergerak bangkit dan melangkah ke sisi lain kamar. Aku yang ingin berbaring, menghempaskan tubuhku yang saat ini terasa lelah ke atas tempat tidurku yang sangat empuk. Karena aku adalah anak tunggal dari seorang pemilik casino dan hotel nomor satu di Macau yang selalu dimanjakan, Daddy Drex selalu memberikanku barang-barang yang terbaik dikelasnya, termasuk tempat tidur yang terbuat dari bulu angsa yang sangat empuk ini. Bahkan jika berbaring di atas tempat tidur yang sangat lembut ini, aku akan dengan mudah tertidur lelap tanpa harus mencari posisi nyaman. Karena setiap sudut tempat tidur ini akan selalu membuatku nyaman. Saat aku berbaring dan hampir saja tertidur di atas tempat tidurku, aku dikagetkan oleh ponselku yang berbunyi secara tiba-tiba. Dengan segera aku melirik pada ponselku itu. Terlihat nama dengan emoticon 'Love' muncul di layar ponselku yang membuat rasa kantukku menjadi hilang. Karena yang menghubungiku saat ini adalah Gerald Wyman, kekasihku yang kini ada di Macau. Aku tersenyum sendiri melihat layar ponselku. Saat aku hendak menjawab panggilan masuk itu Geral Wyman malah mengakhiri panggilan itu. Membuatku yang saat ini ingin bicara dengannya merasa sedikit kesal dan berbalik menghubunginya. Dan tanpa perlu mendengar nada tunggu yang lama, aku pun mendengar suara Geral Wyman dari seberang telepon, "Hallo, Sayang..." "Gerald, kenapa kamu mengakhiri panggilannya? Padahal tadi aku akan menjawab panggilan telepon darimu." "Maaf, Victoria. Aku tidak bisa melakukan panggilan internasional." "Baiklah, aku mengerti. Mendengar suaramu saja sudah membuatku merasa begitu senang. Apa kamu merindukanku?" "Tentu saja. Aku sangat merindukanmu, Victoria. Bagaimana denganmu?" "Aku juga merindukanmu. Sekarang di sana sudah malam, apa kamu tidak tidur?" "Saat ini aku kesulitan tidur. Aku selalu memikirkanmu." Seketka hatiku berbunga-bunga mendengar ucapan Geral Wyman yang ada di seberang telepon. Aku merasa begitu senang mendengar ia yang sedang memikirkanku dan merindukanku. Apa yang ia katakan padaku sangat sama dengan apa yang aku rasakan saat ini terhadapnya. Baru saja satu bulan aku berada di Cambridge ini, aku sudah sangat merindukannya. Bahkan saat ini aku ingin kembali ke Macau jika Daddy Drex dan Mommy Xaviera mengizinkan. Jika Macau dan Cambridge, Amerika Serikat memiliki jarak sangat dekat, mungkin aku sudah berulang kali pulang ke Macau hanya untuk bertemu dengannya. Namun karena jarak kedua kota yang ada di dua benua itu sangat jauh, membuatku tidak bisa pergi sesuka hatiku kemanapun yang aku mau. "Kalau begitu temani aku berbincang saja. Aku benar-benar tidak ada teman bicara saat ini." Aku bicara dengan nada sedih. Mendengarku yang bicara dengan nada sedih, membuat Gerald Wyman menyadarinya dan bertanya, "Sayang, sepertinya saat ini suasana hatimu sedang kurang baik. Ada apa? Apa terjadi sesuatu yang kurang menyenangkan di sana?" "Aku tidak tahu apakah ini kejadian yang menyenangkan atau tidak. Tapi aku merasa sangat sedih karena Mommy tidak mengabulkan keinginanku." "Memangnya kamu ingin apa lagi, Sayang?" "Aku tidak menyukai asisten rumah tanggaku. Yang aku inginkan hanya Bibi Xia. Aku tidak terbiasa jika orang lain mengurusku." "Victoria, kamu harus bisa menyesuaikan diri. Apa yang dilakukan Mommy mu itu adalah yang terbaik untukmu. Jika tidak begitu, kamu akan tetap selalu seperti ini. Kamu akan selalu menjadi gadis manja yang tidak bisa mendiri." Aku merasa kesal mendengar ucapan Gerald Wyman yang seolah bertentangan denganku. Tadinya aku menghubunginya agar bisa berbagi cerita dengan harapan ia akan berpihak padaku. Namun ternyata ia malah berpihak kepada Mommy Xaviera dan berbeda pandangan denganku. Dengan nada kesal aku berkata, "Kenapa sekarang kamu malah tidak seide denganku? Kamu malah berpihak pada Mommy daripada aku. Kamu ini kekasihku atau tidak?" Setelah aku berkata dengan nada tinggi, aku yang merasa sangat kesal segera mengakhiri pembicaraan kami dan melempar ponselku ke lantai kamar. Aku benar-benar merasa sendirian karena tidak ada seorangpun yang berpihak padaku. Hal ini membuatku menangis sendirian di dalam kamar hingga tertidur lelap.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN