Alan kembali ke ruangannya dengan tampang lesu. Dia baru saja menghadiri rapat pimpinan. Entah karena perasaannya saja atau memang suasana hati Dylan sedang buruk, dia mendapatkan banyak kritik. “Sial!!” Alan melempar buku catatan yang dia bawa ke atas meja, lalu melemparkan dirinya ke tas sofa. Dengan satu tangan menutup wajahnya, dia memikirkan apa yang baru saja terjadi. Biasanya, Dylan tidak akan begitu mengurusi dirinya. Selama hasil kerjanya bagus dan memenuhi target, semua akan baik-baik saja. Namun kali ini, Dylan tidak hanya mengkritik cara kerjanya, tapi juga jam kehadirannya. Kakak iparnya itu bahkan tidak repot-repot melihat hasil kerjanya. Dia dikritik habis-habisan. Memang, dia sering terlambat kembali ke kantor setelah istirahat siang, tapi dia bukan satu-satunya pegawai