Suster Meri menangis sembari menjerit mengadu kesakitan, wajahnya pun sudah babak belur usai dihajar keras oleh Edwin tanpa ampun. Pria itu tidak peduli lagi dengan identitas perawat itu sebagai wanita yang seharusnya dihormati dan tidak dilukai, tetapi kali ini jelas berbeda. Dan, bukan berarti Edwin tipe ringan tangan pada wanita. Wanita itu secara tidak langsung adalah pembunuh bayaran! “Ampun Pak!” pekik Suster Meri menahan kepalanya untuk tidak menengadahkan ke atas, bertahan untuk tetap menunduk demi menghindari tamparan Edwin yang begitu kerasnya. “Kamu bilang ampun! Apakah istri saya juga minta ampun sama kamu ... huh! Apa salah istri saya sama kamu ... huh!” teriak Edwin penuh emosional, ditariknya rambut Suster Meri ke belakang agar wajahnya kembali mendongak dan tangan pria it