Aaron duduk termenung di luar pada kursi, yang berada di rumah sakit sambil melipat bibirnya. Rokok yang diapit dengan jemari tangan kanannya, nampak ia buang ujung puntungnya yang terbakar angin, sambil kembali ia hisap lagi. Di tangan kirinya, terdapat ponsel yang masih ia genggam erat. Daripada kesal dan overthinking yang tak berkesudahan, Aaron habiskan satu batang rokok dan yang sekarang berada di jemari tangannya adalah batang rokok yang kedua. Ponsel kembali ia lihat layarnya. Sekedar menunggu balasan, dari pesan yang sudah sempat ia kirimkan tadi. Masih belum. Balasan pesan masih juga tidak ada. Raut wajah frustasi sudah mulai nampak sedari tadi. Ada apa sebenarnya dengan istrinya ini? Terlalu sibuk kah dengan orang tuanya? Sampai-sampai melupakan suaminya sendiri begini. Apa i