"Kapan dia pulang??" tanya Aaron dengan nada mencecar. "Tidak tahu. Dia kalau pergi itu suka lupa waktu. Tidak tentu pulangnya kapan," balas Dimas yang masih terlihat santai. "Coba telepon dia. Suruh pulang cepat!" ucap Aaron, yang lagi-lagi memberikan cecaran kepada laki-laki, yang malah tertawa kecil ini. "Telepon saja, Mas. Tangan Dimas kotor," ucapnya sambil menunjuk kedua tangannya yang penuh dengan tanah merah. Pandangan mata Aaron menyipit. Seperti ada yang tidak beres di sini. Lirikan mata Aaron pindahkan ke arah lubang yang menganga di sana dan kembali bertanya, pada lelaki yang memasang raut wajah innocent ini. "Sedang buat lubang untuk apa??" tanya Aaron dingin. Dimas tersenyum masam dan berkata, "Untuk tempat pembuangan air kamar mandi, Mas. Itu sudah penuh. Jadi buat ya