Dengan sekuat tenaga, Rania menepis tangan besar yang mencoba menahan dan mengekang dirinya. Dia menggunakan seluruh tubuhnya untuk meloloskan diri dari cengkeraman yang kuat itu. Rania berteriak sekeras-kerasnya, tapi mulutnya tiba-tiba dibekap dari belakang dengan leher yang ditekan kuat-kuat oleh tangan yang kasar. "Diam!" Sebuah bentakan yang disertai hembusan napas kasar itu terdengar seperti ancaman yang mengancam nyawa. Kedua mata Rania terbelalak lebar saat dia menyadari suara itu milik Jovan, kakak iparnya yang sudah membuatnya begitu takut dan mual. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, rasa gemetar yang menyeruak membuat otot-ototnya terasa lemah. Air matanya tak terbendung karena rasa sakit yang menusuk dan ketakutan yang menjadi-jadi. Rania tetap berontak dengan kera