Rania masih terisak-isak di pelukan Shaka seraya memegang tangan pria itu erat-erat. Setiap bayangan Jovan yang hampir menyentuh titik-titik tertentu pada tubuhnya membuat ia kembali gemetaran. Namun, ia sadar jika setelah ini akan ada badai besar yang mengacaukan segalanya terutama keluarga suaminya. Bisa didengar oleh Rania hembusan napas Shaka begitu cepat pertanda ada gemuruh rasa yang coba ditahan. Ia mengelus d**a suaminya lembut lalu mendongak, melihat Shaka pada keremangan cahaya kamar. “Kenapa, hm?” Shaka ikut menunduk, mengecup kedua mata Rania agar terpejam. “Ayo tidur, ini udah malem.” Rania menggeleng tanpa suara dan lemah. “Mau aku bawain Najwa ke sini?” Rania lagi-lagi menggeleng pelan. “Tadi sangat menakutkan,” kata Rania. Shaka segera meraih Rania ke dalam dekapa