Bab 6. Bidadari Surga

1204 Kata
"Ran, kamu tidurin Najwa di kamar satunya. Kamu juga istirahat, mengenai masalah tadi kita bahas nanti." Rania mengiyakan perintah dari Shaka begitu keduanya sampai di Apartemen. Membawa Najwa ke kamar kosong yang berada di samping kamar utama. Ia mengunci pintu rapat-rapat sebelum akhirnya meletakkan Najwa di ranjang. Masih tersisa guratan kesedihan dalam wajah Rania karena insiden yang terjadi hari ini, ia menunduk di samping ranjang lalu menenggelamkan wajahnya pada lipatan kaki. Tak menyangka isak tangisnya akan pecah begitu saja. "Kakak, kapan aku harus menanggung rasa sakit ini ... " * Shaka mengetuk pintu kamar Rania setelah menerima pesanan makanan yang baru diantarkan. Teringat akan manusia lain yang saat ini juga harus dirawat karena telah membuat janji dengan Tuhan sesuai syariat agama yang dianut. Masa depan Shaka tak terlalu dipikirkan, selagi Rania dan Najwa tidak menjadi sandungan untuk kehidupannya ia pasti akan mengacuhkannya. Nikah nggak nikah nggak penting juga. "Ran, ini aku bawa makanan. Kamu keluar ajak Najwa makan," ucap Shaka setelah beberapa mengetuk tidak ada sahutan. Kali ini belum ada sahutan lagi, Shaka pun segera membuka pintu begitu saja lalu menyelonong masuk. Dilihatnya Najwa tertidur lelap di atas ranjang dengan tas lusuh di sampingnya. Tas itu berisi baju-baju Rania dan Najwa yang tadi sempat dibawa. Pandangan Shaka mengedar mencari sosok Rania yang tidak didapatkan batang hidungnya. "Kayaknya lagi mandi," gumamnya. Tak ingin bolak-balik memanggil Rania, ia pun memutuskan untuk menunggu dengan duduk di sisi ranjang yang kosong. Untungnya tak lama kemudian Rania keluar dari kamar mandi. Shaka membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu tetapi suaranya tak ingin keluar saat melihat sosok wanita cantik dengan rambut panjang alami sampai ke pinggang. Wanita itu menggosok rambutnya yang masih basah sambil menunduk, yang lebih mengejutkan wanita itu hanya memakai handuk yang membalut tubuhnya. Bagian bahunya begitu putih bak salju, begitu pun kakinya yang jenjang dengan bagian bawah yang kemerahan. Shaka tanpa sadar menelan ludah mendapati Rania yang selama ini selalu tertutup sekarang berpenampilan sangat seksi. Rania yang tidak menyadari kedatangan Shaka mengelap kakinya dengan santai. Kepalanya sangat pusing karena sejak tadi menangis hingga tertidur, memutuskan menggosok rambutnya berharap bisa mengurangi rasa pusing. "Lumayan lega, setelah ini ... " Rania tak mampu melanjutkan ucapannya saat ia mengangkat wajah melihat sosok pria yang memandangnya sangat dingin. Rania membesarkan mata lalu reflek menunduk, jantungnya berdegup kencang akan rasa kaget yang luar biasa. Ia bergerak mundur dan reflek berteriak keras. "Ngapain Mas Shaka disitu!" Rania terus mundur dan masuk kembali ke dalam kamar mandi serta menutup pintunya dengan keras. Shaka yang diteriaki seperti itu jelas kaget, terkesan heran malahan karena menurutnya tidak ada yang salah dengan apa yang dilakukan. Ia bahkan sudah sering melihat wanita telanjang, kenapa harus heboh? "Kayak belum pernah aja, dih." Shaka mencibir malas. Ia bangkit dari duduknya, mengetuk pintu kamar mandi yang tertutup. Rania yang ada di dalamnya semakin kaget, memeluk tubuhnya sendiri dengan raut wajah yang memerah. Ia malu, sangat-sangat malu karena Shaka telah melihat auratnya. "Ran ini aku bawa makanan. Kamu buruan pakai baju dan ajak Najwa keluar. Jangan buang waktu aku," ucap Shaka disertai nada membentak meski tak terlalu keras. "Ada yang perlu kita obrolin juga," imbuhnya kemudian. "Iya." Mendengar sahutan dari Rania membuat Shaka segera menjauh, meninggalkan kamar dan duduk di ruang tengah. Sejak tadi ia pun sebenarnya lelah tapi masih memikirkan nasib Rania dan Najwa. Status mereka rasanya harus dibicarakan mengingat alasan dibalik hubungan itu sangat menyebalkan. "Nanti dikira gua perhatian ada rasa sama dia. Hah, warga sialan. Gimana gua bisa kejebak sama pernikahan aneh kayak gini," gerutu Shaka. Shaka makan terlebih dulu baru beberapa menit kemudian Rania keluar dengan pakaian andalannya yang menggunakan jilbab bergo dan setelan baju tidur. Najwa berada di gendongan wanita itu dengan wajah yang masih mengantuk. Shaka meliriknya, meminta Rania untuk segera makan bersama Najwa. Rania menurut, tidak menyahut juga karena masih sangat malu dengan kejadian tadi. "Mama maem." Najwa yang sejak pagi belum makan merasa kelaparan sehingga mudah bagi Rania untuk menyuapinya. Rania cukup terkejut karena Shaka membelikan menu khusus anak-anak untuk Najwa. Ayam goreng tepung sejuta umat yang sangat digemari oleh anak kecil itu. Sedangkan untuk Rania dibelikan nasi pandang dengan porsi besar. Saat menyuapi Najwa ekor mata Rania diam-diam melirik ke arah Shaka yang kini tengah serius dengan ponsel. Pria ini memang baik tapi juga tidak tertebak bagaimana sifat aslinya. "Kalau udah kamu cuci tangan, kita harus ngomong penting," kata Shaka tanpa melirik ke arah Rania sama sekali. "Bahas pernikahan? Mau kontrak berapa bulan?" Rania langsung menyahut seolah sudah bisa menebak keinginan Shaka. Ucapan Rania itu berhasil membuat Shaka mengalihkan pandangannya ke arah Rania. Ia terkekeh-kekeh santai. "Nggak ada yang namanya nikah kontrak, Ran. Kita jalani aja pernikahan ini sesuai pernikahan pada umumnya," ujar Shaka. Rania hampir tersedak mendengar ucapan Shaka, ia buru-buru menghabiskan makannya lalu meminum air banyak-banyak. Membersihkan bekas makanan lalu mencucinya sekalian. Beberapa kali Rania menghela napas sebelum menemui Shaka kembali. Shaka masih diam dengan ekspresi yang sama. Dalam hati kecilnya ia tertawa melihat wajah Rania yang kaget itu. Ia merasa ingin mengetes bagaimana sifat asli wanita itu. Rania meraih Najwa ke dalam pangkuannya, ikut duduk di sofa yang berjauhan dengan Shaka. "Maksud Mas Shaka tadi apa?" tanya Rania hati-hati. Ia juga tidak mau iya-iya saja meskipun Shaka adalah pria yang telah menikahinya. Karena Rania tahu Shaka orang berada, jika ada sesuatu terjadi dalam hubungan mereka jelas Rania tidak bisa sekuat Shaka dalam segi finansial. "Ya, kita nikah itu di depan Tuhan artinya pernikahan kita udah sah. Kalau tiba-tiba kita cerai kan nggak lucu," ujar Shaka perlahan. "Alasan kita menikah Mas Shaka juga tahu sendiri. Kita tidak mengenal dekat—" "Nah makanya." Shaka langsung menyela. "Sekarang kita tinggal mengenal dekat. Kamu juga tiap hari udah lihat kehidupan aku gimana 'kan? Untuk gaya hidup kayaknya bakalan sulit aku rubah, tapi kamu tenang aja karena aku bakalan tetep ngasih kamu uang jatah istri. Kamu minta berapa?" Rania mengerutkan dahinya bingung. "Nggak mau ngerubah gaya hidup? Artinya Mas Shaka masih bakalan terus... " Rania tidak ingin melanjutkan ucapannya, gurat kekesalan tampak sangat jelas di mata wanita itu. "Apa? Bawa cewek pulang?" Shaka tersenyum sinis. "Iyalah, itu tuh udah termasuk kebutuhan primer aku, Ran. Emangnya kamu keberatan?" Rania menatap Shaka tak percaya, sebenernya apa sih yang Shaka pikiran? Bagaimana bisa Shaka memberikan pertanyaan semacam itu padanya. "Lagian ya, cewek tulus pasti bakalan nerima cowoknya apa adanya 'kan?" "Bagaimana kalau pertanyaannya aku balik? Saat Mas Shaka kerja aku masukin cowok ke rumah buat aku ajak enak-enak. Apa Mas Shaka bakalan diem aja?" sergah Rania mulai terpancing emosi. "Nah! Itu artinya kamu yang nggak tulus. Kalau aku sah-sah aja karena aku yang kerja, duit-duit aku. Masa nggak boleh aku buat seneng-seneng?" "Kalau gitu, lakuin ajalah yang Mas Shaka mau. Anggap aja aku ini bodoh dan nggak tahu apa pun," kata Rania. "Jadi boleh?" Rania memeluk tubuh Najwa semakin kuat, gemuruh pada dadanya sangat kuat dan memaksa matanya berkaca-kaca. Belum apa-apa Shaka sudah menindasnya seperti ini. Ia tidak boleh goyah, apalagi sampai rugi juga disini. "Boleh, asal jangan coba-coba nyentuh aku kalau Mas masih suka jajan sembarangan," sergah Rania. "Bukannya itu tugasnya istri ya, Ran? Dosa loh kamu kalau nolak." "Biar, biar aja suami istri jadi seorang pendosa." Rania mengeram pelan, ia segera bangkit dengan membawa Najwa ke dalam gendongannya meninggalkan Shaka yang terduduk dengan wajah datar. Bersambung~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN