Di Sela Doa dan Penyangkalan.

1097 Kata

Malam semakin larut, namun nyala lampu rumah sakit tak pernah padam. Setelah dipaksa duduk di bangku panjang oleh Amira dan diberi sedikit roti tawar yang entah dari mana datangnya, Arafah mulai tampak lebih tenang. Farel yang semula sibuk dengan pasien–pasiennya tiba–tiba mengambil tempat dan duduk di samping Arafah, masih memegang botol air mineral yang kini sudah setengah kosong. Lelaki berbadan tinggi lagi berisi itu melirik Arafah dengan napas lega, lalu memecah keheningan dengan nada menggoda. "Kamu tahu nggak, kamu hampir bikin saya serangan jantung." Arafah mengerjapkan mata, menahan senyum. "Kamu perawat, Rel. Harusnya sudah biasa lihat orang hampir pingsan." Farel menoleh, menaikkan alis. "Iya, tapi biasanya bukan kamu, biasanya pasien. Sekarang malah perawat paling keras kep

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN