Memilih Bertahan.

1082 Kata

Sebuah jam dinding berdetak pelan, namun bagi Bima, setiap detik yang lewat terasa seperti tahun yang penuh kegelisahan. Suasana rumah sakit yang biasanya bersih dan teratur kini terasa asing—hampa, seolah setiap sudut menyimpan kekosongan yang menjerat setiap langkahnya. Lampu putih di langit-langit terasa terlalu terang, seakan memberi sorotan yang tak terelakkan pada bayangan kecemasan di matanya. Bima duduk, namun tak pernah merasa benar-benar berada. Tubuhnya tegap, namun jiwanya terasa tercekat di dalam rongga d**a. Sesekali pria itu menatap pintu ruang dokter yang tertutup rapat, seperti menanti sebuah takdir yang tak bisa dihindari. Tangannya meremas topi militer, berusaha mengalihkan pikirannya dari bayangan buruk yang perlahan menggerogoti hati. Setiap suara langkah kaki yang m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN