Surat Perpisahan.

1166 Kata

Malam yang panjang terasa begitu dingin. Bima melangkah tanpa arah di sepanjang trotoar, melewati lorong-lorong kota yang masih ramai meski hari sudah larut. Matanya nanar, dipenuhi harapan yang makin menipis. Dia tlah mencari ke setiap sudut yang memungkinkan, berharap bisa menemukan Arafah di antara keramaian. Stasiun. Tempat yang paling masuk akal untuk dikunjungi. Bima berdiri di peron, matanya menyapu setiap sosok yang berlalu lalang. Hatinya berdebar saat melihat seorang wanita berkerudung biru berjalan menjauh. Langkahnya cepat, tubuhnya mungil. Tanpa pikir panjang, Bima berlari menyusulnya. "Arafah!" suaranya parau, dipenuhi ketegangan dan kerinduan. Wanita itu menoleh. Namun bukan Arafah. Bima tertegun, dadanya sesak. Sudah berapa kali dia mengalami hal yang sama? Halusinasi. H

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN