Hening kembali menyelimuti ruangan. Jihan menggigit bibirnya, merasa perih melihat kakak iparnya harus melewati ini semua sendirian. Arafah menarik napas dalam, menenangkan hatinya. "Saya tidak tahu apakah suatu hari nanti saya bisa mendapatkan penerimaan kalian seutuhnya. Tapi saya harap, saya bisa mendapatkan sedikit kepercayaan kalian." Setelah mengatakan itu, Arafah membungkuk sedikit sebagai tanda hormat. "Saya permisi dulu." Tanpa menunggu jawaban, perempuan berparas anggun itu berbalik dan berjalan menuju pintu. Jihan buru-buru menyusulnya. "Kak, tunggu! Aku telpon abang biar jemput kakak, ya?" Arafah menggeleng. "Aku baik-baik aja, Jihan." Jihan menggigit bibir, menahan emosinya. Adik perempuan Bima itu ingin sekali memeluk Arafah, ingin mengatakan bahwa tidak semua orang da