Ekspresi Nick yang masuk dengan santai ke dalam kamar, langsung berubah drastis menjadi kebingungan. Ia duduk di sudut ranjangnya sambil menggoyangkan kakinya dengan cepat.
"Aku harus beritahu Diara," Nick mengeluarkan ponselnya dengan cepat tapi mendadak ia menghembuskan napas kesal, "aku tidak punya kontaknya, sial kenapa aku tidak pernah bertanya itu padanya?
Nick kembali diam memikirkan jalan keluar, dan sebuah ide mampir di kepalanya. Dengan cepat Nick kembali berjalan keluar kamar.
Saat dia keluar kamar ia mendapati papanya masih duduk di sofa sambil membaca sebuah buku.
"Pa, aku ke bawah sebentar, ada barang yang kelupaan di mobil." Nick bicara mencuri perhatian Pak Adrian.
"Ya," jawab Pak Adrian pendek dan kembali fokus pada buku di tangannya.
Nick lanjut berjalan keluar, namun setelah menutup pintu apartemennya, ia langsung menekan bel apartemen Diara. Tak butuh waktu lama, Diara muncul membukakan pintu dengan wajah waspada.
"Saya masuk sebentar," Nick langsung mendorong Diara untuk masuk lagi dan menutup pintu dengan rapat.
"Pak Adrian udah sampai mas?" tanya Diara penasaran saat mereka berdiri berhadapan di dalam apartemen Diara.
"Sudah, masalahnya adalah papa ingin ketemu kamu juga. Dia nungguin kamu masak untuk makan malam, dan saya yakin setelah itu dia akan ajak kamu makan bersama dan lainnya."
"Lalu gimana sama baby Ghi??" bingung Diara dengan mata besar memperhatikan Nick yang tampak pusing.
"Karena itu saya kesini, saya bingung."
Diara menggaruk kepalanya ikut bingung, "gimana ya mas?"
"Kamu bisa suruh teman kamu waktu itu untuk kesini jagain anak itu? Dia kan sudah tahu juga tentang ini." tanya Nick memastikan karena teringat akan teman Diara.
"Sasha? Dia ga bisa mas, dia kerja shift malam hari ini. Ga mungkin,"
"Saya akan bayar dia,"
"Bukan tentang itu mas, tapi dia bisa kehilangan pekerjaannya.''
Nick berpangku tangan kebingungan, "kamu ga bisa bikin anak itu untuk tidur, setidaknya selama kamu masak dan kita selesai makan malam bersama?"
Diara melirik Ghiana yang ia biarkan bermain di ayunan sendirian, "kalau waktu makan malam itu sih biasanya dia memang tidur, tapi kalau waktu saya masak saya ga bisa jamin. Biasanya saya masak sambil bolak balik ngeliatin dia mas. Nggak mungkin kita tinggalin baby Ghi sendirian selama itu kan mas?"
"Hanya perlu bola-balik lihat artinya kita tidak harus selalu liatin dia kan???"
"Iya mas."
"Kalau begitu, waktu kamu masak biar saya yang jagain dia."
Diara kaget, "mas yang jagain? Emang bisa mas kesini jagain baby Ghi tanpa membuat curiga Pak Adrian??"
"Lihat saja nanti."
"Yaudah kalau gitu, saya ikut rencana mas aja." Diara tidak punya pilihan lain selain menurut.
Nick berniat keluar lagi namun dengan cepat berbalik karena teringat sesuatu, ia menyodorkan ponselnya pada Diara, "masukkan nomor kontakmu, saya akan instruksikan kapan kamu ke tempat saya dan instruksi lainnya agar semuanya lancar"
Tangan Diara langsung mengambil ponsel itu dan mengetikkan nomornya, "udah mas."
"Oke."
*
Diara masuk ke apartemen Nick setelah tuannya itu memintanya datang dan tentunya setelah memastikan Ghiana sudah dalam keadaan tenang dan bisa ditinggalkan.
"Permisi," ujar Diara masuk dan pura-pura terkejut dengan kehadiran Pak Adrian yang duduk di sofa.
"Eh Diara, kamu sudah datang." sapa Pak Adrian ramah menyambut Diara.
"Bapak udah datang dari tadi?"
"Tidak, belum lama. Saya kesini karena ingin lihat Nick dan lihat apakah kamu nyaman bekerja disini."
Diara langsung tersenyum senang karena ia merasa diperhatikan secara tidak langsung oleh Pak Adrian. Untuk ukuran orang yang tidak punya siapa-siapa seperti dirinya, hal sederhana seperti ini terasa begitu luar biasa.
"Saya nyaman kok pak. Nggak banyak yang bisa saya lakukan untuk Mas Nick yang biasa lakukan semuanya sendiri."
Pak Adrian ikut tertawa dan mengangguk, terlebih melihat Nick yang kini datang dari arah dapur dengan segelas air minum ditangannya, "karena itu saya minta tolong kamu Diara, saya tidak mau Nick selalu lakukan semuanya sendiri. Setidaknya saat disini ada seseorang yang bisa mengajaknya bicara."
"Aku sudah banyak bicara di kantor, di apartemen aku ingin mencari ketenangan Pa." jawab Nick cuek kini duduk di sofa dan menghidupkan televisi.
"Setidaknya kehadiran Diara disini membuat papa lebih tenang."
Pak Adrian geleng-geleng kepala melihat Nick hanya menghembuskan napas pendek menatap layar televisi, sedangkan Diara yang melihat itu merasa tidak enak karena melihat permasalahan ayah dan anak didepan matanya.
"Kalau gitu saya izin ke dapur dulu untuk siapkan makan malam," Diara pamit dan berjalan ke dapur dengan sopan.
*
Pergerakan Diara yang tadi sibuk di dapur tiba-tiba saja agak melambat dan tidak nyaman. Setelah beberapa menit ada di dapur ia teringat Ghiana yang tengah ia tinggal sendiri di apartemennya. Biasanya memang anak itu akan diam saja karena Diara juga sudah memandikan, mengajak bermain dan memberikan s**u, tapi tetap saja Diara gelisah.
Gadis itu melirik ke arah ruang tengah dimana Nick dan Pak Adrian tampak mengobrol, ia benar-benar tidak tenang sekarang.
Diara mengambil ponselnya dan mengetik pesan untuk Nick.
'Mas, bisa lihat baby ghi sebentar? Saya takut dia menangis. Mas pegang kunci kan?'
Ting!
Mendengar denting pesan, Nick langusung melihat ponsel yang sedari tadi ia pegang. Nick melihat ke arah dapur dan sempat melihat wajah Diara yang seperti memohon padanya.
Nick tidak punya pilihan lain selain mengikuti ucapan Diara, ia menggaruk tengkuknya sekilas melihat pada papanya, "Pa, aku ke bawah sebentar."
"Kenapa?"
"Tadi aku minta tolong Andri bawakan sebuah file yang tertinggal di kantor."
Pak Adrian menatap Nick heran sejenak, namun akhirnya mengangguk saja, "tapi kenapa Andri tidak kesini langsung? Kenapa harus kamu yang repot ke bawah?"
"Ah itu, Andri bilang dia buru-buru pa, aku meminta bantuannya mendadak."
"Baiklah."
Dan Nick langsung bergegas keluar, tentu saja untuk ke apartemen di depannya yaitu apartemen Diara demi memastikan keadaan Ghiana yang ditinggalkan sendirian setelah beberapa menit.
"Diara?" Pak Adrian memanggil Diara yang sedang memasak di dapur.
"Ya, ada apa pak?" tanya Diara melirik dari dapur.
"Nick itu kenapa ya?"
"Kenapa gimana pak?"
"Nick bukan tipe orang yang teledor, tapi saya merasa aneh. Baru beberapa saat saya disini dia sudah bolak balik ke bawah sebanyak dua kali dengan alasan melupakan berbagai hal penting."
Diara terkejut dengan pertanyaan Pak Adrian karena ia tahu itu hanya alasan Nick, dia itu benar-benar pria yang payah dalam berbohong.
"Eum, mungkin Mas Nick lagi tidak fokus saja pak. Biasanya Mas Nick juga tidak begitu kok."
"Apa dia sedang ada masalah ya? Selama kamu disini apa kamu melihat dia seperti sedang mengalami masalah?"
"Sepertinya tidak ada pak, Mas Nick pulang dan pergi bekerja seperti biasa, dan wajahnya selalu datar, hehe." Diara terkekeh di akhir kalimatnya yang juga membuat Pak Adrian ikut tertawa.
"Karena itu saya jadi sulit menerka keadaannya, padahal dia anak saya, anak satu-satunya."
"Mungkin itu cara yang paling nyaman untuknya, pak."
Pak Adrian diam sejenak tidak menjawab ucapan Diara.
"Diara, apa kamu pernah lihat Nick berhubungan dengan seorang wanita?"
"Maksudnya pak?" Diara agak bingung dengan pertanyaan Pak Adrian yang terdengar sangat serius.
"Seorang wanita yang mungkin datang kesini, atau dia membuat janji bertemu seseorang di luar sana."
Bayangan ibu dari Ghiana langsung hadir di kepala Diara, "saya tidak tahu banyak pak. Saya tidak begitu tahu masalah pribadi Mas Nick."
"Sebenarnya hal itulah yang paling ingin saya minta tolong sama kamu Diara." Pak Adrian kini bangkit dari sofa dan berjalan ke arah meja makan yang tidak jauh dari posisi dapur dimana Diara tengah memasak.
"Maksudnya gimana ya pak?" Diara terus bertanya karena tidak paham.
"Memang saya ingin Nick untuk segera memiliki pasangan, siapapun tidak masalah asalkan baik, tapi saya tidak ingin dia berhubungan lagi dengan mantan kekasihnya yang sebelum ini."
"Kalau saya boleh tahu kenapa pak?"
Pak Adrian menggeleng kecil, "intinya saya minta tolong agar kamu beritahu saya jika Nick kontak dengan wanita bernama Tania."
Diara diam dan coba menerka apakah Tania adalah ibu kandung dari baby Ghiana? Kenapa Pak Adrian seolah sangat tak menyukainya?
"Apa tidak apa saya ikut campur dalam hal ini pak?" tanya Diara ragu dengan permintaan Pak Adrian padanya.
"Saya hanya ingin pastikan saja. Walaupun Nick sudah mengatakan kalau ia benar-benar tak memiliki hubungan lagi dengan Tania, tapi bisa saja wanita itu yang berusaha kembali mengganggu Nick. Tapi jika kamu tidak bisa, saya tidak akak memaksa."
Diara benar-benar dilema saat ini, bagaimana ia bisa menjalankan permintaan Pak Adrian sedangkan di sisi lain ia juga membantu Nick menyembunyikan sesuatu dari Pak Adrian. Nick memanglah tuannya, tapi Pak Adrian sudah memberikan banyak hal pada Diara, malahan secara tidak langsung sebenarnya Diara bekerja untuk Pak Adrian, bukan Nick.
"Apa menjauhkan Mbak Tania dari Mas Nick itu demi kebaikan Mas Nick, pak?" tanya Diara ragu pada Pak Adrian.
"Orang tua mana yang ingin sesuatu yang buruk untuk anaknya?"