Bari menutup pintu dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Dia sandarkan punggungnya ke pintu itu, memejamkan matanya yang lelah kemudian memijat keningnya. Tidak hanya kepalanya yang terasa pusing, tapi perutnya juga kelaparan. Hujan yang turun terus menerus membuat cuaca semakin dingin. Perutnya melilit karena merasa lapar, tapi dia tentu tidak enak minta makan pada simbok. Biasanya Elena yang mengajaknya makan. Perut Bari berbunyi dan didengar oleh simbok yang sedang menata meja makan tepat di depan pintu kamar Elena. Simbok menoleh ke arah Bari dan tersenyum kecil. Bari meringis sambil memegangi perut. “Nak Bari pasti lapar kan? Lebih baik mandi dulu saja baru makan malam ya, ini sambil kami siapkan makan malamnya.” “Iya mbok. Euum… tapi kamar mandinya di mana ya mbok?” Kali