“Elen sayang, tenaaang dulu. Duh duuh…” Bari panik sepanik-paniknya. Kenapa sih gini banget hidupku kalau menyangkut perempuan dan Elena? Mana ini di tempat umum pula. “Siapa dia Bar?” tanya Elena, wajahnya memerah, menahan marah. Jika dibandingkan secara fisik, tentu saja dia lebih menang. Menang karena tubuhnya belum kembali normal karena masih menyusui Havi, menang karena dia lebih tinggi, juga menang karena dia lebih terawat. Tapi perempuan ini lebih muda dan pastinya lebih langsing. Ini yang membuat Elena merasa takut, merasa tidak aman dengan persaingan bentuk tubuh atau body shaming. “Aku lupa dia siapa, Elen, lagipula dia gak penting buatku.” Bari tidak bohong, dia memang lupa siapa perempuan yang tadi menumpahkan kopi panas dan ikut heboh membersihkan bekas kopi di celanany