Meski dalam keramaian aku tetap merasakan sepi yang mendalam, tanpa senyuman atau genggaman tangannya yang membutuhkan perlindungan. Aku merasakan kehampaan yang luar biasa tanpa Kamelia, sampai saat ini aku tak tahu kabar gadis itu seperti apa. Namun, selalu berharap Kamelia baik-baik saja. Sejujurnya aku ingin sekali kerumahnya, menjelaskan dan meminta maaf kepada mereka. Tapi, aku terlanjur malu untuk mengakui atau meluruskan semuanya. Mereka pasti akan mentah-mentah menolakku. Akan tetapi sampai kapan aku akan terus seperti ini? Menahan rindu yang amat luar biasa sakitnya. Bahkan beberapa gelas minuman keras telah tandas. Aku kehilangan pikiran positif untuk menjalani hari-hari. Saking gilanya menyakiti orang yang dengan tega membuatku seperti ini. "Selamat malam Mr. kami telah m