“Baiklah kalau itu maumu!” suara Valenia terdengar tegas. “Tapi hanya sebatas teman bisnis, tidak lebih. Kita punya sejarah panjang sejak zaman kakek kita, karena itu aku masih menghormati hubungan keluarga kita. Tapi jangan sekali-kali memaksaku untuk hal lain, meski alasannya warisan.” Boby menunduk sejenak, rahangnya mengeras menahan perasaan. “Terima kasih, Valen…” suaranya terdengar lembut, sungguh berbeda dengan dulu. “Kesempatan sekecil ini pun sudah cukup bagiku. Aku sadar, aku sudah keterlaluan selama ini. Aku berjanji, kali ini aku tidak akan memaksa lagi. Biarkan aku memperbaiki semua secara perlahan, supaya kamu benar-benar bisa melihat perubahan dalam diriku.Kali ini aku benar-benar tulus dengan keinginan ku.” Valenia menarik napas panjang, menahan gejolak emosi di dadanya

