Valenia bangkit dari duduknya, membuat Sebastian otomatis ikut berdiri tegak. Dengan langkah mantap, ia membuka pintu ruangan yang sejak tadi sengaja ia kunci agar Boby tak bisa menerobos masuk. Begitu pintu terbuka, Boby langsung muncul, menyingkirkan Celine yang mencoba menahannya. “Kau!” teriak Valenia geram. Namun Boby tak mengindahkan amarahnya. Dengan kasar, ia meraih pergelangan tangan Valenia, seolah ingin menunjukkan siapa yang berkuasa di hadapan Sebastian. Tatapannya lalu jatuh pada kotak obat di meja. Seketika wajahnya mengeras, api cemburu berkobar. “Jadi… kamu lebih memilih mengurus pegawai rendahanmu itu daripada aku, tunanganmu?” tuduhnya penuh amarah. Valenia menatap tajam, suaranya bergetar oleh kemarahan yang tertahan. “Jangan pernah merendahkan orang lain hanya k